KabarBaik.co – Pemkab Kediri terus melakukan terobosan dalam pengelolaan air pertanian, khususnya di wilayah lereng yang sulit dijangkau jaringan listrik. Melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun), program irigasi berbasis tenaga surya kini menjadi solusi inovatif dan ramah lingkungan untuk mendorong produktivitas lahan petani.
Kabid Prasarana, Sarana, dan Penyuluhan (PSP) Dispertabun Kabupaten Kediri Arahayu Setyo Adi menyampaikan bahwa program prioritas tahun ini fokus pada dua sektor utama, yakni pembangunan irigasi perpompaan dengan pompa submersibel serta pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier.
“Tujuannya jelas, untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). Dengan sistem ini, air bisa dialirkan ke lahan yang sebelumnya sulit dijangkau,” ujar Arahayu, Kamis (9/10).
Dari total sekitar 300 unit pompa submersibel yang terbangun tahun ini, sebagian besar masih menggunakan tenaga listrik. Namun, menurut Arahayu, pihaknya mulai mengembangkan sistem tenaga surya agar tidak bergantung sepenuhnya pada listrik PLN.
“Kita mencoba menggunakan tenaga surya untuk daerah-daerah yang jauh dari jaringan listrik. Selain ramah lingkungan, ini juga menjawab banyak permohonan sumur bor di lokasi yang tak terjangkau PLN,” jelasnya.
Selain pompa air, pembangunan jaringan irigasi tersier sepanjang 3.496 meter juga telah direalisasikan. Infrastruktur ini menyalurkan air dari sumber tanah maupun saluran primer dan sekunder ke lahan pertanian, sehingga distribusi air lebih merata dan efisien.
“Kalau airnya merata, otomatis hasil panen juga meningkat. Ini bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan daerah,” imbuhnya.
Program infrastruktur pertanian tahun ini mendapat dukungan anggaran sekitar Rp 21 miliar, bersumber dari APBN-TP, APBD, dan dana desa. Satu titik sumur bor menelan biaya sekitar Rp 75 juta, sedangkan pembangunan irigasi tersier mencapai Rp 100–150 juta, tergantung kondisi lapangan.
Salah satu contoh penerapan inovasi ini ada di Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung, di mana air tanah dalam disalurkan ke embung berkapasitas 2.000 meter kubik. Air dari embung tersebut kemudian didistribusikan dengan sistem irigasi tetes (drip irrigation) yang terbukti mampu mengairi hingga 30 lahan tanaman cabai.
“Airnya ditampung dulu di embung supaya bisa disalurkan merata. Sistemnya tetes, bukan siram, jadi hemat air dan lebih efisien,” kata Arahayu.
Langkah modernisasi ini menjadi wujud nyata komitmen Pemkab Kediri dalam membangun sektor pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim dan keterbatasan sumber air.
Dengan kombinasi pompa listrik, energi surya, embung, dan sistem irigasi tetes, Pemerintah Kabupaten Kediri optimistis produktivitas pertanian di wilayah lereng akan terus meningkat. (*)






