Mohammed Rashid: Di Surabaya, Saya Menemukan Rumah dan Kedamaian Hati

oleh -726 Dilihat
50f37922 7cb7 4980 ac4a c926e7e2267a
Pemain Persebaya Surabaya asal Palestina, Mohammed Rashid. (Foto: Ist)

KabarBaik.co – Di balik sorak-sorai stadion dan kerasnya persaingan Liga 1, ada kisah yang jauh lebih sunyi, sebuah perjalanan hati milik Mohammed Rashid, gelandang bertahan Persebaya Surabaya asal Palestina. Ia menemukan makna baru tentang rumah dan keyakinan saat membela tim kebanggaan Bonek Mania.

Bagi Rashid, sepak bola bukan sekadar pertandingan. Ia adalah perjalanan jiwa, tentang mencari tempat di mana hati bisa berlabuh dengan tenang. Dan Surabaya, dengan segala nafas keislamannya, menjadi jawaban atas doa-doanya yang terpanjat dari jauh.

Saat menerima tawaran Persebaya pada 28 Juni 2024, Rashid tak hanya melihat peluang karier. Ia merasakan sesuatu yang lebih dalam, harapan akan kedamaian yang selama ini ia cari di setiap langkah pengembaraannya sebagai pemain profesional.

Lahir di Ramallah, Palestina, pada 3 Juli 1995, Rashid tumbuh dalam bayang-bayang perjuangan. Dari Hilal Al-Quds hingga Al-Bireh, lalu berkelana ke Al-Jeel di Arab Saudi, setiap klub membentuk karakternya. Namun, dalam gemerlap karier itu, ada kekosongan yang belum terisi.

Ketika membela Persib Bandung di Liga 1 2021/2022, Rashid sempat merasa sedikit lebih dekat dengan suasana yang ia rindukan. Tapi perpisahan cepat terjadi, dan langkahnya membawanya ke Bali United di musim berikutnya. Di Bali, suasana berbeda membuatnya merasa seperti asing.

Masjid yang jarang ditemui, adzan yang terdengar sayup, membuat Rashid sering terjaga dalam hening, merindukan suasana yang akrab di tanah kelahirannya. “Ada sesuatu yang hilang,” bisiknya suatu ketika dalam sebuah sesi wawancara.

Semua berubah saat ia menginjakkan kaki di Surabaya. Di kota ini, suara adzan menjadi irama yang mengalun di setiap sudut. Masjid berdiri tak jauh satu sama lain, menyambut siapa saja yang ingin bersujud, termasuk Rashid.

“Itu tidak menyulitkan saya untuk beribadah. Saya rasa ini yang paling membuat saya nyaman, selain itu saya merasa seperti di rumah sendiri,” ujar Rashid dengan mata berbinar, Minggu (27/4).

Lebih dari sekadar bermain bola, Rashid merasa seperti dipeluk oleh kota ini. Kultur Islam yang kuat, keramahan masyarakatnya, dan nuansa religius di setiap jalan membuatnya merasa tak lagi sendiri dalam perjuangan hidup jauh dari tanah kelahiran.

Menggambarkan perbedaan suasana di Bali dan Surabaya, Rashid berbisik, “Di Bali, masjid terasa jauh. Tapi di Surabaya, masjid selalu ada di dekat saya. Adzan membangunkan hati saya, mengingatkan saya bahwa saya tidak pernah benar-benar sendiri.”

“Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini, dan Insya Allah, Allah akan memberikan kami, saya dan teman-teman, kekuatan dan energi untuk bisa memberikan yang terbaik bagi Persebaya, Insya Allah,” tutup pemain yang khas dengan kepala plontosnya ini, suaranya lirih menyiratkan ribuan harapan.

Dalam dunia yang seringkali keras dan penuh tekanan, Mohammed Rashid membuktikan bahwa terkadang, rumah bukanlah tempat kita pulang, tetapi tempat di mana hati kita akhirnya merasa pulang. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Yudha
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.