KabarBaik.co – Memasuki musim pernikahan yang bertepatan dengan bulan Maulid hingga Rabiul Akhir, permintaan jasa dokumentasi pernikahan Jombang melonjak tajam.
Salah satunya dirasakan oleh Mochammad Rendar Putra Wardana, fotografer muda asal Dusun Jatisari, Desa Pandanwangi, Kecamatan Diwek.
Pria yang akrab disapa PW ini mengaku mulai kewalahan sejak September 2025. Dalam sepekan, ia bisa menerima hingga 10 klien, kombinasi antara acara wedding dan engagement.
“Juli sudah mulai ramai, tapi September itu bisa seminggu sampai 10 klien. Oktober malah banyak yang saya tolak karena semua mau di hari yang sama,” ujar fotografer 25 tahun itu, Sabtu (4/10).
Menurut PW, lonjakan ini dipengaruhi oleh budaya masyarakat Jawa yang menghindari bulan Suro (Agustus) untuk menggelar pernikahan. Selain itu, bulan Maulid juga diyakini sebagai bulan yang baik untuk menikah, mengikuti jejak Rasulullah SAW.
Namun tingginya permintaan tak sejalan dengan kapasitas tenaga. Meski kadang dibantu second shooter, Bang PW tetap membatasi jumlah klien untuk menjaga kualitas hasil foto dan video.
“Saya utamakan kualitas, jadi pakai sistem booking dan hanya ambil yang benar-benar bisa saya tangani,” jelasnya.
Ia menargetkan pengerjaan dokumentasi minimal satu minggu, termasuk proses editing dan pencetakan.
“Yang penting klien puas, meskipun nunggu agak lama,” tambahnya.
Menariknya, di tengah padatnya jadwal pernikahan, Bang PW juga tetap menerima job lain seperti acara Maulid Nabi hingga khitanan, selama jadwal masih memungkinkan.
Salah satu kunci suksesnya dalam menangani banyak klien adalah dengan mengandalkan sistem booking online dan komunikasi aktif.
“Semua didiskusikan dulu biar pas hari-H lancar dan nggak ada kendala teknis,” tuturnya.
Soal konsep, Bang PW mengungkapkan tren dokumentasi pernikahan saat ini lebih santai dan ekspresif.
“Banyak yang minta gaya ‘gokilz’ pas sesi berdua. Trennya sekarang juga video ‘tepuk sakinah’ setelah akad, itu lagi booming,” katanya sambil tertawa.
Untuk memenuhi permintaan klien, ia menawarkan paket dokumentasi yang fleksibel namun tetap mengusung ciri khas lokal Jombang. Proses kreatif juga melibatkan diskusi intens dengan pasangan pengantin.
Dari sisi promosi, media sosial memegang peran penting. Ia mengandalkan Facebook Marketplace dan iklan digital untuk menjangkau klien, bahkan hingga Surabaya dan Malang.
“Promosi tetap jalan walaupun lagi sibuk. Saya jadwalkan posting iklan dan portofolio di marketplace. Dari situ banyak yang kontak,” pungkasnya.
Dengan musim pengantin yang masih berlangsung, PW berharap tren positif ini terus berlanjut, tak hanya sebagai peluang ekonomi, tapi juga wadah untuk menyalurkan passion-nya di dunia fotografi. (*)