KabarBaik.co – Musyawarah lanjutan terkait solusi permanen krisis air bersih digelar di Balai Desa Ploso Lor, Kecamatan Plosokidul. Agenda ini membahas penentuan lokasi pemasangan filter air berkapasitas 4.000 liter yang diberikan Pemkab Kediri melalui BPBD dan Baznas.
Kepala Desa Ploso Lor, Pujiyono, menjelaskan filter berukuran 3×3 meter itu diperuntukkan bagi 21 kepala keluarga di RT 2 RW 3. Mereka selama ini bergantung pada dropping air bersih lantaran sumur warga tidak layak konsumsi.
“Bantuan ini kapasitasnya hampir 4.000 liter. Supaya masyarakat tidak lagi kesulitan, filter akan ditempatkan di satu titik agar bisa mencakup semua,” terang Pujiyono, Jumat (19/9).
Namun, usulan penempatan filter di satu titik menuai pro dan kontra. Sejumlah warga khawatir akan menyulitkan distribusi.
“Saya nggak setuju kalau filter hanya di satu titik. Nanti warga repot harus ngambil pakai galon. Harusnya dibagi rata di beberapa titik,” ujar Hendra Kurniawan, salah satu warga.
Selain itu, muncul keraguan soal kualitas sumber air. “Masak sumber yang sudah tercemar mau difilter begitu saja? Takutnya tidak menyelesaikan masalah,” imbuhnya.
Berbeda dengan Hendra, warga lain, Munaim, memilih menunggu hasilnya. “Kalau memang hasilnya baik, ya oke saja. Tapi kalau tidak memberikan solusi, ya harus dicari jalan lain,” ucapnya.
Kepala DLH Kabupaten Kediri, Putut Agung Subekti, menegaskan penggunaan filter menjadi langkah realistis setelah hasil uji laboratorium menunjukkan 17 sumur bor di kawasan itu mengandung Fe (Besi), Mn (Mangan), dan Koliform, sehingga tidak layak konsumsi.
“Kan gini, dari 17 sumur yang sudah dibor, hasil lab menunjukkan air hanya bisa dipakai untuk mandi dan cuci. Tidak layak untuk minum maupun masak. Jadi solusinya memang dipasang filter. Dan ini juga sudah disepakati di rapat dengar pendapat,” jelas Putut.
Ia menambahkan, ada dua opsi penempatan filter, dipusatkan di balai desa atau dibuat komunal, dengan tiga kepala keluarga berbagi satu alat sehingga total ada tujuh unit.
“Alatnya sudah siap, BPBD dan Baznas tinggal eksekusi. Kekhawatiran masyarakat bisa dijawab setelah filter digunakan dan dilihat perkembangannya,” sambungnya.
Soal penyebab pencemaran, Putut menjelaskan kondisi lingkungan sekitar turut berpengaruh. “Blotong bukan satu-satunya penyebab. Ada faktor lingkungan vulkanik dan curah hujan tinggi yang membuat kandungan air berubah,” ungkapnya.
Keputusan lokasi filter ditargetkan keluar paling lambat Minggu (21/9). Selanjutnya, BPBD bersama Baznas akan mengeksekusi pemasangan agar warga segera bisa mengakses air yang lebih layak konsumsi. (*)