KabarBaik.co – Bersiap waswas dan gusar lagi! Setelah menelan pil pahit kekalahan tipis 2-3 dari Arab Saudi, Timnas Indonesia kini bakal menghadapi duel hidup-mati kontra Irak di King Abdullah Sports City, Minggu dini hari (12/10), pukul 02.30 WIB, dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 grup B.
Tekanan untuk meraih kemenangan, bahkan dengan margin minimal 2-0 demi membuka peluang lolos, mendorong warganet menciptakan skema Starting XI impian yang dianggap paling ideal dan rasional untuk menghancurkan pertahanan Singa Mesopotamia. Warganet menginginkan formasi ofensif 4-3-3 yang mengandalkan penuh kekuatan pemain naturalisasi untuk membalas dendam kekalahan beruntun atas Irak.
Pilihan utama di bawah mistar jatuh kepada Maarten Paes, kiper yang dinilai membawa ketenangan dan pengalaman bermain di Eropa. Paes diharapkan menjadi benteng terakhir yang menjaga clean sheet, sebuah target mutlak mengingat Indonesia harus menang. Lini belakang diprediksi akan menjadi perpaduan antara fisik dan kecepatan.
Duet bek tengah dipercayakan pada Jay Idzes, pemimpin yang kuat dalam duel udara dan ball-playing defender, bersama Rizky Ridho, bek lokal yang lincah dan berani berduel. Sementara di kedua sisi sayap, publik mendambakan peran ofensif penuh dari Kevin Diks di kanan dan Dean James di kiri. Diks, yang menjadi pahlawan dua gol penalti melawan Arab Saudi, diharapkan kembali eksplosif dalam membantu serangan dan mengirimkan umpan silang akurat, mengeksploitasi celah di sisi pertahanan Irak.
Kunci utama skema opsi impian ini terletak pada trio gelandang yang menawarkan keseimbangan. Joey Pelupessy menjadi “jangkar” atau gelandang bertahan murni, bertugas memutus serangan Irak dan menjaga kedalaman. Di depannya, Thom Haye bertindak sebagai “Profesor” yang mengatur tempo permainan dengan visi dan umpan-umpan kuncinya. Kombinasi ini disempurnakan oleh energi tak terbatas dari Ricky Kambuaya sebagai box-to-box yang agresif dalam menekan dan melakukan penetrasi ke kotak penalti.
Untuk memenuhi ambisi menang 2-0, lini depan harus tajam dan bervariasi. Ole Romeny diplot sebagai target man yang kuat secara fisik, vital untuk memenangkan duel udara dan menjadi penyelesaian akhir dari umpan silang. Romeny akan disokong oleh dua winger lincah, yakni Miliano Jonathan di kanan dan Ragnar Oratmangoen di kiri.
Kecepatan dan kemampuan dribbling dua winger ini diprediksi mampu mengeksploitasi kelemahan klasik Irak di sektor bek sayap mereka yang dinilai relatif rapuh.
Mengukur Line Up Irak
Irak, tim yang secara ranking dan rekor pertemuan jauh di atas Indonesia, datang ke Jeddah dengan kekuatan penuh namun tidak tanpa celah. Memahami potensi dan ancaman mereka sangat penting bagi skuad Garuda. Irak, di bawah pelatih Graham Arnold, dikenal memiliki pemain-pemain yang secara fisik superior dan secara teknis matang, banyak di antaranya berkompetisi di liga-liga Eropa dan Asia Barat.
Pertama, kekuatan fisik dan bola atas. Inilah DNA sepak bola Irak. Mereka sangat mengandalkan fisik prima, terutama dalam duel-duel perebutan bola di lini tengah dan ancaman bola mati (set-piece). Pemain seperti Rebin Sulaka (bek tengah) sering naik ke depan saat tendangan sudut, menjadikannya target man mematikan yang harus diwaspadai duet Idzes-Ridho.
Kedua, otak serangan Zidane Iqbal. Gelandang muda milik FC Utrecht, Zidane Iqbal, adalah kunci kreativitas Irak. Dengan kontrol bola yang tenang, visi umpan akurat, dan kemampuan dribbling yang lincah, Iqbal bertanggung jawab menciptakan peluang dari lini kedua. Mematikan pergerakan Iqbal adalah setengah dari upaya memenangkan duel lini tengah.
Ketiga, finishing maut Mohanad Ali. Meskipun ada keraguan atas kondisi Aymen Hussein, Mohanad Ali adalah finisher tajam dengan rekor gol impresif. Ia unggul dalam duel satu lawan satu dan sangat berbahaya dalam skema serangan balik cepat. Kecepatan dan insting mencetak golnya menuntut konsentrasi penuh dari seluruh lini pertahanan Indonesia.
Meskipun kuat, Irak memiliki beberapa kerentanan yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk meraih target 2-0. Pertama, lini belakang yang rapuh. Masalah utama Irak adalah di lini pertahanan, khususnya bek kanan yang dinilai sebagai titik rawan dan bek tengah yang dianggap kurang berkualitas. Ini adalah alasan mengapa Kevin Diks dan winger kiri Indonesia harus bermain sangat ofensif, memaksa pertahanan Irak bekerja keras di sisi sayap.
Kedua, harmoni tim belum maksimal. Adanya eksperimen komposisi pemain oleh pelatih membuat kekompakan di lini tengah Irak belum terbentuk solid. Ini adalah peluang bagi trio Pelupessy-Haye-Kambuaya untuk bermain kolektif, memenangkan pressing tinggi, dan mengacaukan ritme distribusi bola Irak sebelum mencapai Iqbal.
Ketiga, transisi cepat. Mengingat pemain Irak mengandalkan fisik, serangan balik cepat (transisi ofensif) dari Indonesia melalui lari-lari winger seperti Jonathan dapat menghukum full-back Irak yang terlambat turun, mengubah kecepatan menjadi gol.
Pertandingan ini akan menjadi ujian kualitas sebenarnya bagi revolusi Timnas Indonesia. Dengan memanfaatkan kelemahan lawan dan memaksimalkan potensi pemain impian, Garuda memiliki peluang, betapapun kecilnya, untuk membalikkan prediksi dan mendekatkan diri ke panggung Piala Dunia 2026. (*)