KabarBaik.co– Gonjang-ganjing politik di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tampaknya masih bakalan panjang. Setelah ribuan warga bergolak menuntut mundur Bupati Sudewo lantaran kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangununan (PBB) Agustus lalu, Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket DPRD Pati terus bergerak. Mereka telah memanggil Bupati Sudewo pada Kamis (2/10) untuk menyelidiki dugaan pelanggaran yang mendasari tuntutan pemakzulan bupati.
Tidak hanya berlangsung panas di ruang sidang. Namun, ketetangan yang berpotensi lebih serius, belakangan juga terjadi di luar gedung dewan. Yakni, antara kelompok yang menghendaki bupati mundur, dan simpatisan bupati. Bahkan, mencuat kabar tindak kekerasan hingga ancaman-ancaman pembunuhan.
Diketahui, tuntutan pemakzulan terhadap Bupati Sudewo itu dipicu kebijakan kontroversial kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen. Kebijakan yang mendapat atensi nasional itu memang akhirnya dibatalkan. Namun, Pansus Hak Angket DPRD Pati terus menjalankan tugasnya karena sudah diputuskan tidak lama setelah gelombang unjuk rasa Agustus lalu.
Dalam rapat Pansus, yang berlangsung dari pukul 10.00 hingga 13.00 WIB, Bupati Sudewo dicecar anggota Pansus tentang berbagai isu. Mulai dari kebijakan PBB-P2 yang dinilai tidak melibatkan partisipasi publik, persoalan Baznas, mutasi PNS, pemecatan ratusan honorer, hingga penggantian Direktur RSUD Soewondo.
Menanggapi itu, Sudewo secara langsung membantah semuanya di hadapan Pansus, meskipun ia mengakui ada beberapa hal yang tidak diketahuinya. Ketua Pansus Hak Angket DPRD Pati, Teguh Bandang Waluyo, menyatakan bahwa keterangan bupati telah diterima dan dicatat sebagai bahan Pansus.
Sementara itu, Tim Hukum Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB), kelompok yang menuntut bupati mundur, belakangan mengklaim telah menjadi korban tiga dugaan tindak pidana serius yang mengarah pada percobaan pembunuhan. Kejadian itu tak lama setelah Bupati Sudewo memenuhi panggilan Pansus.
Kepada awak media, Tim Hukum AMPB, Kristoni Duha, menduga menduga para pendukung bupati berada di balik serangkaian aksi kekerasan tersebut. Pertama, terjadi dugaan pengeroyokan terhadap dua anggota AMPB, Supriyono alias Botok dan Teguh Istianto, oleh kelompok yang menamakan diri Pati Cinta Damai (PCD) saat keduanya hendak memantau jalannya rapat di kantor DPRD.
Kedua, lanjut dia, muncul insiden ancaman di posko AMPB oleh seorang pemuda yang membawa senjata tajam jenis sangkur dan mengancam akan membunuh warga. Puncak dari ketegangan ini adalah dugaan pembakaran rumah koordinator AMPB, Teguh Istianto, pada Jumat (3/10) dini hari oleh dua orang tak dikenal. Pelaku menggunakan sepeda motor. Kristoni Duha menegaskan bahwa rangkaian peristiwa ini merupakan tindak pidana, bukan sekadar ancaman, dan menuntut pengusutan tuntas.
Menanggapi tudingan ini, Bupati Sudewo kepada awak media menyampaikan penghormatan terhadap proses hukum yang berlaku. Dia juga mengklaim telah mengarahkan semua pendukungnya untuk menjaga situasi aman dan kondusif serta melarang segala bentuk tindakan kekerasan. Sudewo menyebut kemunculan massa Pati Cinta Damai adalah wujud simpati warga terhadap dirinya. (*)