KabarBaik.co – Ahli konstruksi dari Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Muji Himawan, menyoroti kondisi bangunan Musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang ambruk.
Ia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam proses perataan puing karena sebagian struktur masih menempel pada bangunan di sebelahnya.
Menurut penjelasannya, bangunan musala sebelum runtuh sudah menunjukkan gejala tidak stabil. “Posisi bangunan tampak miring ke arah selatan sebelum akhirnya ambruk,” ujar Muji, Senin (6/10).
Ia mengungkapkan, bangunan tiga lantai Musala diketahui menempel pada lantai dua gedung di sampingnya, sementara sebagian lantai satu juga bersinggungan dengan dinding bangunan lain.
Kondisi tersebut menimbulkan benturan keras yang menyebabkan tulangan beton tersangkut di kolom gedung kelas.
Situasi itu, lanjutnya, membuat proses pembongkaran reruntuhan menjadi sangat kompleks. “Kalau dihitung dengan cermat, pembongkaran bisa dilakukan tanpa merusak bangunan di sekitarnya. Bukan sekadar bisa, tapi memang harus bisa,” tegasnya.
Muji menuturkan, bagian bangunan yang tersangkut wajib dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pengangkatan. Penggunaan crane berkapasitas besar diperlukan untuk menghindari kerusakan tambahan selama proses tersebut.
Ia juga mengingatkan agar operator alat berat memahami struktur dan arah beban bangunan dengan tepat. “Perlu analisis detil agar tahu bagian mana yang harus diputus, supaya saat ditarik tidak ikut menyeret bangunan lain,” pungkasnya.(*)