KabarBaik.co – Di balik gerobak cireng isi yang dijajakan sang anak di Desa Trawasan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, tersimpan kisah haru dan perjuangan seorang ibu bernama Nanik Hariyati.
Siapa sangka, perempuan berusia 63 tahun ini akhirnya dapat menjejakkan kaki di Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebuah impian yang sempat terasa jauh di mata.
Kiprah Nanik dalam menggapai rukun Islam kelima ini terbilang istimewa. Ia tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 19 Embarkasi Surabaya dan berhasil berangkat enam tahun lebih cepat dari perkiraan awal.
“Alhamdulillah saya dapat berangkat lebih cepat enam tahun dari estimasi karena ikut penggabungan mahram dengan adik saya. Saya seharusnya berangkat haji tahun 2031,” ungkap Nanik dengan mata berbinar pada (9/5).
Keberangkatan ini terasa bagai mimpi yang menjadi kenyataan bagi Nanik. Ia mengenang masa sulit setelah sang suami berpulang pada tahun 1995.
“Tahun 1995, suami saya meninggal. Saya pun harus menghidupi ketiga anak saya yang saat itu masih kecil-kecil,” tuturnya.
Demi membesarkan ketiga buah hatinya seorang diri, Nanik tak gentar melakukan berbagai pekerjaan serabutan. “Pernah menjadi pembantu rumah tangga hingga buruh pabrik kerupuk,” kisahnya.
Titik terang mulai muncul ketika almarhum suaminya meninggalkan warisan sebidang tanah kecil. Pada tahun 2014, tanah tersebut ia jual.
“Saat itu laku sekitar 50 juta rupiah. Yang 25 juta, saya buat daftar haji, sisanya dibagikan kepada tiga anak saya,” jelasnya.
Saat mendaftar, perkiraan masa tunggu keberangkatannya mencapai 17 tahun.
“Saya daftar tahun 2014 dan diperkirakan berangkat tahun 2031. Alhamdulillah bisa maju 6 tahun, melalui penggabungan mahram, saya ikut adik perempuan saya, Sholihati. Dia mendaftar lebih dulu pada tahun 2012,” terang Nanik.
Rasa syukur dan bahagia tak dapat disembunyikan dari wajah Nanik.
“Kalau ingat dulu perjuangan membesarkan anak-anak sendirian, dan tahun ini saya dapat berangkat ke Tanah Suci, saya bersyukur sekali,” ucapnya dengan suara bergetar.
Kini, ketiga anaknya telah berkeluarga dan Nanik membantu anak keduanya berjualan cireng isi di rumah.
Di Tanah Suci, Nanik membawa serta doa tulus untuk anak dan cucu-cucunya. “Semoga anak-anak diberi rezeki yang barokah dan dapat berangkat haji,” harapnya penuh harap.
Kisah Nanik Hariyati, penjual cireng dari Jombang, menjadi inspirasi tentang keteguhan, pengorbanan, dan keajaiban doa yang mengantarkan seorang hamba menggapai baitullah.(*)






