Petani Melon Greenhouse Jombang Optimistis Meski Panen turun karena Cuaca Ekstrem

oleh -97 Dilihat
WhatsApp Image 2025 10 11 at 12.47.13 PM
Dhika Lailatul, konsumen saat membeli melon di greenhouse (Teguh Setiawan)

KabarBaik.co – Budi daya melon dengan sistem greenhouse mulai menunjukkan geliat positif di Dusun Santren, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang. Salah satu pelopornya adalah Khusnul Yakin (44), petani lokal yang menanam melon premium jenis Intanon di lahan greenhouse seluas 500 meter persegi.

Dengan populasi sekitar 1.250 batang, masa tanam melon ini membutuhkan waktu 80 hingga 90 hari untuk bisa dipanen. Namun, pada musim tanam kali ini, hasil panen menurun drastis akibat cuaca ekstrem.

“Target awal bisa panen 2 ton, tapi realisasinya hanya sekitar 1,2 ton,” ujar Yakin saat ditemui di greenhouse miliknya, Sabtu (11/10).

Yakin menyebut suhu panas yang berlebihan saat fase pembesaran buah jadi penyebab utama turunnya hasil panen.

“Waktu pembesaran buah itu paling rentan. Kalau suhu terlalu panas, pertumbuhan buah jadi tidak maksimal,” jelasnya.

Meski begitu, sistem greenhouse tetap memberikan sejumlah keunggulan, terutama dalam hal kualitas. Melon yang dibudidayakan dalam sistem ini disebut lebih unggul dibanding metode konvensional. Salah satu perbedaannya terletak pada jenis benih yang digunakan.

“Kalau di lahan terbuka biasanya pakai benih yang mengandung antivirus karena lebih rawan hama. Tapi di greenhouse nggak perlu, karena lingkungannya tertutup dan lebih steril dari OPT (Organisme Pengganggu Tanaman),” paparnya.

Selain itu, penggunaan pestisida dalam budidaya melon greenhouse juga jauh lebih minim. Untuk mengantisipasi gangguan cuaca ekstrem, petani menerapkan perlakuan khusus dengan menyemprotkan asam amino dan mono kalium phosphate untuk mendukung pembentukan buah secara optimal.

Tak semua buah bisa langsung dipanen. Proses seleksi dilakukan ketat berdasarkan bentuk, berat, dan terutama kadar gula buah. Untuk bisa masuk kategori premium atau Grade A, kadar gula minimal harus mencapai 14 brik.

“Kita cek kadar gulanya dulu sebelum panen. Kalau di bawah 14 brik, ya masuknya Grade B atau C,” tegas Yakin.

Melon premium ini dipasarkan dengan sistem pre-order (PO) sejak awal masa tanam. Harga jual ke supplier maupun tengkulak mencapai Rp 18 ribu per kilogram, tergantung kualitas dan ukuran buah.

Meski panen kali ini belum maksimal, Yakin tetap optimistis dengan prospek budidaya melon greenhouse.

“Nilai jualnya lebih tinggi, dan kita utamakan kualitas. Konsumen juga mulai tahu perbedaannya,” tambahnya.

Melon premium dari greenhouse mendapat sambutan positif dari konsumen. Salah satunya adalah Dhika Lailatul (24), warga Kecamatan Jogoroto, yang rutin membeli melon hasil budidaya sistem ini.

“Rasanya manis dan teksturnya renyah. Nggak cuma bagus di luar, tapi dalamnya juga enak,” ujar Dhika.

Menurut Dhika, meski harganya sedikit lebih mahal dibanding melon biasa, kualitas dan rasa buah sebanding dengan harga yang dibayarkan. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Teguh Setiawan
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.