KabarBaik.co – Laut pesisir utara Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Gresik pagi itu tidak hanya menjadi hamparan biru yang biasa. Ia berubah menjadi panggung raksasa, tempat ratusan perahu nelayan berlayar dalam harmoni warna.
Sebanyak 230 perahu nelayan tumpah ruah mengikuti tradisi Petik Laut, Sabtu (23/8). Sebuah ritual tahunan yang menyatukan doa, syukur, dan semarak kemerdekaan RI.
Sejak matahari muncul dari ufuk timur, nelayan sudah bersiap. Perahu dihias seindah mungkin, bendera merah putih berkibar gagah di haluan, sementara kain-kain warna-warni berkelindan tertiup angin laut.
Suasana itu bukan hanya perayaan, melainkan sebuah ingatan kolektif. Kemerdekaan bangsa dan rezeki dari laut sama-sama layak disyukuri.
“Petik Laut ini bukan sekadar memperingati Hari Kemerdekaan saja. Tetapi juga ajang untuk mengenalkan tradisi turun-temurun di Desa Campurejo ini kepada anak muda agar bisa dilestarikan terus menerus,” ujar Muhammad Nasiron, Ketua Rukun Nelayan Desa Campurejo.
Bagi nelayan, laut bukan sekadar bentangan air asin, tetapi halaman rumah yang memberi makan, tempat doa-doa disematkan, sekaligus ruang budaya tempat identitas mereka bertumbuh. Tradisi Petik Laut menjadi cara menjaga hubungan itu tetap hangat.
Petik Laut tak hanya ritual syukur, tetapi juga pesta kreativitas. Nelayan diajak untuk menghias perahu mereka seindah mungkin. Dari jauh, laut Campurejo tampak bagai kanvas raksasa yang dipenuhi goresan warna dan simbol kebersamaan.
“Petik Laut ini juga merupakan ajang lomba menghias perahu. Tiga perahu terbaik akan diberi hadiah. Keseluruhan nelayan di sini begitu antusias mengikuti,” jelas Abdul Latief, Ketua Panitia Petik Laut.
Hadiah yang disiapkan pun cukup menggiurkan, juara pertama meraih Rp 3 juta dan seekor kambing, juara kedua Rp 2 juta, dan juara ketiga Rp 1,5 juta. Namun, lebih dari hadiah, sorak sorai warga dan semangat kebersamaan menjadi nilai yang tak ternilai.
Di tengah gempuran modernisasi, tradisi semacam ini kerap terancam hilang. Karena itu, para tetua nelayan berharap Petik Laut terus dijaga, agar anak-anak muda tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri.
“Semoga dengan adanya Petik Laut, generasi muda bisa mengenal dan terus melestarikan tradisi tahunan Desa Campurejo yang sudah turun-temurun ini,” pungkas Latief.
Dan benar, di balik riuh musik, aroma laut, dan bendera-bendera yang berkibar, ada pesan yang lebih dalam. Bahwa kemerdekaan tak hanya dirayakan di daratan, tetapi juga dijaga di atas ombak, di antara perahu-perahu yang setia pada tradisinya.(*)