Rumah Literasi Digital Surabaya Dorong Jurnalis Jadi Garda Depan Literasi di Era Media Sosial

oleh -264 Dilihat
IMG 20250827 WA0009
Pentingnya jurnalis menjelaskan isu-isu digital secara langsung dan interaktif.

KabarBaik.co – Di tengah derasnya arus informasi digital dan semakin kompleksnya dunia media sosial, Rumah Literasi Digital (RLD) Surabaya menggelar acara “Jagongan Bareng” di markasnya, Jalan Kacapiring No. 6, Surabaya. Diskusi ini menghadirkan dua pakar komunikasi, Dr.

Dra. Zulaika, M.Si. dan Dr. Drs. Harliantara, M.Si., yang menyoroti pentingnya peran jurnalis dalam penyuluhan literasi digital bagi masyarakat.

Acara ini menjadi ruang dialog untuk menyelaraskan peran praktisi media dengan dinamika zaman. Para narasumber sepakat bahwa jurnalis kini dituntut tidak hanya sebagai penyampai berita, tetapi juga sebagai edukator yang aktif berinteraksi dengan publik.

“Ini keren ya, karena penggagasnya adalah wartawan. Wartawan nantinya turun langsung ke masyarakat untuk menjelaskan literasi digital,” ujar Dr. Zulaika, Rabu (27/8).

Menurutnya, jurnalisme ke depan harus lebih dialogis, tidak hanya satu arah seperti pola lama. Ia menekankan pentingnya jurnalis menjelaskan isu-isu digital secara langsung dan interaktif, sehingga masyarakat bisa bertanya jika belum memahami.

Selain itu, Zulaika mengingatkan jurnalis untuk tetap menjaga etika dan kelembagaan dalam karya jurnalistik. Hal ini penting agar informasi yang disampaikan tidak bercampur dengan kepentingan pribadi, sebagaimana kerap terjadi di media sosial.

“Wartawan bekerja untuk lembaga, bukan untuk diri sendiri. Itu yang membedakan kredibilitas karya jurnalistik dengan konten media sosial,” tegasnya.

Sementara itu, Dr. Harliantara menyoroti pentingnya literasi digital bagi Generasi Z yang tumbuh sebagai pengguna aktif dunia digital. Menurutnya, meski generasi ini melek teknologi, mereka masih rentan terpapar hoaks dan misinformasi.

“Generasi Z punya potensi besar, tapi juga menghadapi tantangan serius, terutama mudah terpengaruh hoaks,” jelasnya.

Ia menekankan, kemampuan membedakan informasi benar dan salah bergantung pada tiga hal: pengetahuan, niat memverifikasi, dan daya kritis. Harliantara menegaskan, hoaks tidak bisa benar-benar dihapus, tetapi bisa dilawan dengan memperbanyak penyebaran informasi positif yang kredibel.

“Hoaks itu tidak bisa dihapuskan, tapi masyarakat harus dibekali informasi pembanding yang valid,” tambahnya.
Harliantara juga mengingatkan pentingnya kesinambungan program literasi digital, salah satunya melanjutkan Gerakan Nasional Literasi Digital yang sempat terhambat karena keterbatasan anggaran.

“Peran pemerintah tetap penting untuk mencerdaskan masyarakat, apalagi Generasi Z adalah penghuni utama ruang digital masa depan,” ujarnya.

Koordinator Rumah Literasi Digital, Fathur atau yang akrab disapa Parto, menyampaikan apresiasi kepada para narasumber dan peserta yang hadir. Ia menegaskan bahwa kemampuan literasi digital kini menjadi keterampilan dasar yang wajib dimiliki semua kalangan.

“Masyarakat saat ini hidup di era banjir informasi. Informasi datang silih berganti, tapi misinformasi dan hoaks juga mudah menyebar,” jelasnya.

Fathur berharap Rumah Literasi Digital Surabaya dapat berkembang menjadi pusat edukasi masyarakat. Bukan hanya untuk jurnalis, melainkan juga pelajar, komunitas, hingga masyarakat umum.
“Rumah Literasi Digital Surabaya bisa menjadi wadah pembelajaran untuk mengasah keterampilan digital yang aman, kritis, dan kreatif,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.