KabarBaik.co – Sorak sorai terdengar dari masyarakat di Lapangan Kelurahan Penataban, Kecamatan Giri, Banyuwangi, Rabu (19/11). Teriakan ini menjadi penyemangat bagi kolega mereka yang tengah berlomba mengikat kangkung atau istilahnya unting-unting.
Ya, lomba ini merupakan bagian dari perayaan ulang tahun pertama Asosiasi Lurah Indonesia (ASLI) di Banyuwangi. Pada lomba ini total ada 27 tim perwakilan dari perwakilan RT yang menjadi peserta. Setiap tim berisi 2 orang emak-emak.
Dalam lomba ini peserta diberi waktu hanya semenit, yang dinilai adalah kecepatan, kebersihan dan kerapiannya.
Lurah Penataban, Komariyah menjelaskan Kelurahan Penataban memang sentra penghasil kangkung di Banyuwangi. Tanaman bernama latin Ipomoea aquatica seolah telah menjadi ikon.
“Melalui lomba ini kami ingin menyampaikan ke khalayak kearifan lokal Penataban,” kata Komariyah.
Di Penataban hampir sebagian besar masyarakat menanam kangkung. Emak-emaknya biasanya bertugas mengikat kangkung sebelum dijual ke pasar.
Sebelumnya lomba serupa digelar pada perayaan HUT RI ke 80 bulan agustus lalu. Ia berencana menggelar lomba ini rutin supaya potensi lokal ini semakin terangkat.
“Rencananya lomba ini akan rutin kami gelar setiap tahun,” bebernya.
Sementara Ketua ASLI, Yudha Teguh Siswanto menyebut dalam perayaan HUT ASLI ini mengadakan berbagai kegiatan. Tapi utamanya adalah lomba-lomba yang mendorong dan mengangkat potensi setiap kelurahan.
“Masyarakat biasanya tahu kangkung di pasar. Lewat lomba ini kami ingin menyampaikan agar masyarakat tahu prosesnya bagaimana kangkung sebelum sampai ke pasar,” ujar Lurah Penganjuran ini.
Para peserta antusias mengikuti lomba ini. Mereka saling beradu cepat mengikat setiap kangkung.
Habibah, 33 tahun, salah satu peserta, mengaku baru pertama kali mengikuti lomba tersebut. Meski sempat gugup, ia merasa bangga bisa ikut melestarikan tradisi lokal Penataban.
“Pengalaman ini luar biasa. Bukan hanya lomba, tapi cara mengenalkan budaya unting-unting ke masyarakat luar,” ujarnya.
Peserta lainnya, Mbah Zaenab, 71 tahun gerakannya saat lomba sangat cekatan. Ternyata dia telah bekerja sebagai buruh unting-unting sejak puluhan tahun lalu.
“Saya sudah mengikat kangkung sejak muda, mungkin lebih dari tiga puluh tahun. Senang masih ada yang menghargai pekerjaan ini,” katanya.







