KabarBaik.co- Sekretaris PWNU Jatim Dr Ir KH M. Faqih menegaskan bahwa Lembaga Taklif wa Nasr (LTN) NU Jatim memiliki peran strategis dalam menjaga Peradaban NU. Sebab, taklif memiliki arti penulisan dan nasr yang berarti penerbitan. Nah, keduanya merupakan sumber peradaban.
“Secara keilmuan, umat Islam sebenarnya jauh lebih maju daripada Babilonia, Tiongkok, dan Yunani. Namun akhirnya hancur karena perpustakaan dihancurkan dan isinya dibawa ke Barat,” katanya dalam Gala Dinner LTN PWNU Jatim bersama LTN PCNU kabupaten/kota se-Jatim di Pesantren Digipreneur Al-Yasmin, Surabaya, Sabtu (10/5) malam.
Bahkan, kemajuan Islam di masa lalu bukan hanya ilmu kedokteran Islam saja yang sangat dikenal dunia. Ilmu dasar komputer itupun sebenarnya berasal dari ilmuwan Islam. Tapi, akhirnya muncul atas nama penemu Barat, karena referensi milik Islam itu “dicuri” Barat.
Karena itu, dosen ITS Surabaya itu menilai LTN memiliki peran strategis untuk mengembangkan peradaban Islam atau NU di masa lalu, yang disesuaikan dengan perkembangan era baru sesuai tema Rakorwil LTN se-Jatim. Yakni, Merajut Literasi, Memperkuat Digitalisasi, sehingga peradaban NU tampil kembali melalui “dakwah” cara LTN.
Sementara itu, Ketua LTN PWNU Jatim H Helmy M Noor menegaskan pentingnya peran strategis LTN NU sesuai pesan Ketua PWNU Jatim KH A Hakim Mahfudz (Gus Kikin), agar LTN NU di setiap tingkatan kepengurusan dapat memahami arah perkembangan dunia digital.
“Gus Kikin berpesan agar kita semua memahami arah perkembangan dunia digital. Teman-teman LTN harus bisa berperan sebagai marketing communication, agar wajah NU semakin dikenal dan dicintai generasi muda, khususnya gen Z dan gen alfa,” ujarnya.
Jika LTNNU tidak mengemas ulang narasi dakwah secara segar dan kontekstual, maka NU akan semakin jauh dari hati anak-anak muda. “Kita harus mengambil peran penting. Bukan hanya berpikir untuk lembaga, tapi juga harus mampu menjadi kolaborator dengan semua unsur, baik banom maupun lembaga NU yang lain,” tegasnya.
Ia pun meyakini setiap LTN NU di tingkat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se Jawa Timur menyimpan potensi besar, banyak karya dan program unggulan yang lahir dari tingkat cabang dan perlu diangkat ke permukaan sebagai bentuk kontribusi konkret terhadap dakwah dan literasi ke-NU-an.
“Ke depan, setiap karya yang telah dibukukan harus didokumentasikan dan didigitalisasi, tidak hanya dinikmati oleh kalangan internal NU, tetapi juga dapat diakses oleh masyarakat umum sebagai bagian dari khazanah intelektual Islam Nusantara. Literasi NU harus menjadi milik umat,” katanya.
Rakorwil LTNNU Jatim juga berkolaborasi dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip Jatim serta Dinas Kominfo melalui diskusi publik sebelum Rakorwil yang mengundang dua “srikandi” Jatim, yakni Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sherlita Ratna Dewi Agustin, dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Perpusip) Tiat S. Suwardi.
Dalam diskusi itu, Wakil Ketua PWNU Jatim Dr HA Hakim Jayli mengajak jajaran LTN NU di semua tingkatan untuk menjadikan Qonun Asasi dan Khittah NU sebagai landasan sikap dan perilaku di tengah masyarakat. Qonun Asasi menekankan pentingnya persatuan atas nama jamiyah dan publik, bukan atas nama personal/modernisasi dan kepentingan sektoral.
“Sementara Khittah NU menekankan pentingnya empat prinsip Aswaja, yakni tawasut (sikap tengah) dan i’tidal (berbuat adil), tasamuh (toleran terhadap perbedaan pandangan), tawazun (seimbang dalam berkhidmat kepada Tuhan, masyarakat, dan sesama umat manusia), dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan), sehingga tidak ada politisasi bermasyarakat,” katanya. (*)






