Setelah People Power, Kini Bangladesh Menggantungkan Harapan di Pundak Tokoh 84 Tahun

oleh -854 Dilihat
YUNUS BBANGLADESH
Muhammad Yunus (foto ist)

KabarBaik.co- Usianya sudah tidak lagi muda. Pada 28 Juni 2024 lalu, genap 84 tahun. Namun, namanya kembali menjadi perhatian dan perbincangan dunia. Penduduk setempat tengah membutuhkannya. Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 2006 silam. Ia telah diangkat menjadi pemimpin sementara di Bangladesh.

Situasi itu terjadi setelah people power. Sejak awal Juli lalu, para penduduk dengan dipelopori mahasiswa, ’’mengusir’’ Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina. Awalnya, massa memprotes diskriminasi penerimaan pegawai negeri sipil (PNS). Belakangan, berujung PM mundur dan kabur. Keanggotan parlemen pun dibubarkan. Padahal, Pemilu baru tergelar Januari 2024 lalu.

Kini, rakyat Bangladesh menggantungkan masa depan pada pundak Yunus, yang tidak lagi muda itu. Terdekat, menyiapkan Pemilu ulang. Memilih anggota parlemen dan PM baru pengganti Hasina. Harapannya, tentu ada perubahan signifikan seperti tuntutan para demonstran. Tidak ada lagi diskriminasi, perbaikan ekonomi, dan sejumlah tuntutan lainnya.

Yunus adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ia lahir dari keluarga berlatar belakang Muslim di Desa Bathua. Meski dari kampung, ia meraih peringkat ke-16 untuk ujian matrikulasi. Karena itu, Yunus diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Dhaka, kampus terbaik di Bangladesh. Ia meraih gelar Bachelor of Arts (BA) pada 1960. Setahun kemudian, mendapatkan gelar MA.

Dikutip dari nobelpeaceprize.org, pada 1972 atau diusia yang baru 32 tahun, Yunus sudah diangkat sebagai profesor ekonomi di Universitas Chittagong. Dua tahun kemudian, Bangladesh dihadapkan pada bencana kelaparan. Hal itu membuat Yunus perlu melakukan sesuatu yang lebih berarti untuk masyarakat dibandingkan mengajar.

Semula, Yunus mengajak para mahasiswanya melakukan penelitian di sebuah desa di dekat Jobra. Lalu, mewawancarai seorang perempuan yang menjadi pengrajin kursi dari bambu. Yang ditanyakan tentang biaya produksi membuat kursi itu. Pengrajin menjawab bahwa dirinya harus meminjam uang pada tengkulak untuk membeli bahan baku. Karena itu, pengrajin pun hanya mendapatkan sedikit untung.

Yunus kemudian memutuskan untuk memberikan pinjaman jangka panjang ke perempuan bersangkutan. Tentu saja, pinjaman itu membuat gembira. Keuntungan lebih berlipat. Tidak terjerat lagi pinjaman tengkulak. Inisiatif tersebut kemudian diperluas melalui Grameen Bank, yang resmi berdiri pada 1983.

Sejak itu, Grameen Bank fokus memberikan pinjaman kecil kepada orang miskin, persyaratannya mudah. Persyaratan yang sebelumnya tidak dijangkau oleh perbankan seperti surat jaminan rumah atau kendaraan dan sejenisnya. Yunus menganggap kredit mikro itu sebagai hak asasi manusia (HAM) dan sarana yang efektif untuk keluar dari jerat kemiskinan.

’’Pinjamkan uang kepada mereka dalam jumlah yang sesuai, ajarkan mereka beberapa prinsip keuangan dasar, dan biarkan mereka mengelola sendiri.” Demikian kutipan populer Yunus.

Dengan mendirikan Grameen Bank, Yunus ingin mengubah model perbankan. Fokus memberikan pinjaman hanya kepada perempuan saja. Hal itu bukan tanpa latar belakang kuat. Sebab, para kaum perempuanlah yang paling memikirkan kebutuhan keluarga. Pengatur dan penggerak ekonomi rumah tangga.

Yunus harus menghabiskan waktu selama enam tahun agar tujuan utamanya itu terwujud. Akhirnya, peminjam Grameen Bank telah sukses menyasar 96 persen perempuan. Dalam perkembangannya, Yunus pun mendapatkan penghargaan Nobel Peace Prize 2006. Berdasarkan laporan, sudah lebih dari 9 juta perempuan di Bangladesh mendapatkan pendanaan dari Grameen Bank.

Kala itu, nama Yunus pun mendunia. Masuk dalam tokoh berpengaruh. Sistem Grameen Bank itu belakangan menginspirasi perbankan di penjuru dunia. Termasuk di Indonesia, yang memunculkan bank-bank untuk pelaku usaha mikro tanpa persyaratan yang memberatkan.

Namun, bukan berarti hidup Yunus baik-baik saja. Yunus juga menghadapi kritik. Terutama tentang manajemen dan transparansi keuangan Grameen Bank. Pada 2011, ketika Sheikh Hasina menjadi PM Bangladesh, Yunus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala Grameen Bank. Ini terjadi setelah ia berdebat dengan pemerintah tentang peraturan usia pensiun bagi seorang kepala lembaga keuangan mikro.

Tidak hanya mundur, Pengadilan Dhaka, Bangladesh, juga memutuskan Yunus bersalah. Meski membantah, Yunus dihukum selama enam bulan penjara setelah menyimpulkan bahwa Yunus bersalah untuk sejumlah tuduhan tentang pengelolaan dana mikrofinansial yang dikelolanya tersebut. Yunus akhirnya bisa keluar dari penjara dengan jaminan.

Kini, Yunus kembali tertantang untuk menata Bangladesh, salah satu negara yang mayoritas penduduknya Muslim dengan tingkat kemiskinan tinggi. Mampukah? Tentu tidak mudah di tengah konflik turun temurun dinasti dua partai politik yang berebut kuasa. Yakni, Liga Awami dan Partai Nasional Bangladesh (PNB). (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.