Sherlita Ratna Dewi Agustin: Menyulam Cahaya di Rimba Digital Jawa Timur

oleh -814 Dilihat
IMG 20250620 074439

Di ATAS tanah subur bernama Jawa Timur, tumbuh pohon yang terbilang tak biasa. Bukan pohon beringin yang teduh. Bukan pula cemara yang tegak. Tapi, pohon sinyal dan cahaya. Ini metafora dari upaya digitalisasi yang tak sekadar menghubungkan kabel dan server, melainkan juga menyambung nalar, rasa, dan harapan masyarakat. Di akar dan pucuk pohon itu, mengalir salah seorang nama: Sherlita Ratna Dewi Agustin.

—-

Sherlita bukan sekadar kepala dinas. Ia bak seorang penyulam cahaya di tengah rimba birokrasi dan kabut disinformasi serta misinformasi. Dalam dunia yang terus bergerak ke arah digital, perempuan kelahiran Lumajang itu tak memilih pasif. Tapi, progresif. Melompat ke arus deras. Jadi nahkoda perahu bernama Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Jawa Timur, dengan layar bernama visi dan kompas bernama inovasi.

Ia seorang sarjana Statistika ITS. Magister Ilmu Pemerintahan dan Politik Lokal Universitas Airlangga. Latar akademik itu tampaknya menanamkan pondasi berpikir sistemik dan digital sejak awal. Mungkin jauh sebelum istilah “transformasi digital” menjadi jargon kebijakan dalam kurun belakangan.

Sebelum menjabat sebagai Kepala Dinas Kominfo sejak 2023, Sherlita telah melewati perjalanan panjang di birokrasi. Pernah menjabat sebagai kepala bidang di Dinas Perhubungan, lalu sebagai sekretaris di Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Alam. Langkahnya itu tak hanya sekadar naik tangga struktural, tapi juga meninggalkan jejak positif. Boleh jadi karena itu, Gubernur Khofifah Indar Parawansa memberi tantangan baru.

Satu di antara buah inovasi di eranya adalah Majapahit Digital atau Majadigi. Ia bukan sekadar aplikasi. Tapi, prasasti modern dari sebuah kerja panjang. Saat diluncurkan, mungkin banyak orang melihat sebagai peristiwa belaka. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik peluncuran itu ada kerja bertahun-tahun. Seperti membangun candi dari batu ke batu, Majadigi dibangun dari capaian ke capaian, dari idealisme ke realisasi.

Ya, transformasi digital memang tidak simsalabim. Bukan sulap. Ia seolah ziarah. Perjalanan panjang dari gelap ke terang, dari manual ke virtual. Dan Sherlita lah penjaga lentera itu. Ia tak menjual mimpi digital hanya sebagai branding. Tapi, menggali konsep itu dari akar Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah 2019–2024, dari etos ’’Cettar’’ yang bermakna Cepat, Efektif, Efisien, Tanggap, Transparan, Akuntabel, dan Responsif.

Di tengah arus deras informasi dan riuh rendah media sosial, Sherlita pun menjadi arsitek kolaborasi keterbukaan informasi publik di Jawa Timur. Ia memahami bahwa di era digital, keterbukaan bukan lagi pilihan. Namun, keharusan bahkan mesti membudaya. Karena itu, seperti arus kuat air jernih di sebuah sungai, ia pun tiada lelah mendorong seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk menyatukan visi dan sistem informasi dalam satu denyut yang sama.

Sherlita bukan hanya membangun kanal-kanal atau aplikasi digital. Namun, kultur birokrasi agar menjadi lebih terbuka. Di balik layar Majadigi, ia menyusun narasi keterbukaan sebagai kebiasaan kerja. Ia membentuk ruang dialog partisipatif antara pemerintah dan masyarakat, bukan hanya dengan data, tapi juga dengan empati.

Dalam dunia digital, ia sepertinya sadar betul bahwa reputasi bukan hanya dilihat di panggung. Namun, juga di balik layar. Karena itu, harus menjaga dua wajah. Yakni, personal sebagai pejabat publik, dan wajah sistemik sebagai simbol dari institusi.

Sherlita pun menyadari pula bahwa media sosial bukan lagi sekadar papan pengumuman. Media sosial kini seperti alun-alun baru. Tempat masyarakat atau publik menari dengan kritik dan saran-saran, menyanyi dengan aspirasi. Maka, belakangan lahirlah kerja Cerdig. Cerdas digital. Bukan sekadar pelatihan, tetapi ritual baru. Edukasi bagi publik hingga melatih para penjaga gerbang komunikasi agar tidak hanya sigap, tetapi juga bijak.

Bak bola pingpong, Sherlita terus memantul dan bergerak ke mana-mana. Ke titik-titik pencerdasan. Ia terus berikhtiar membangun. Bukan hanya jaringan, tapi juga ekosistem. Bersama platform global dan suara lokal, Sherlita terus menjahit benang-benang literasi digital itu, menolak polarisasi, dan menjadikan data sebagai dasar dialog. Bukan dogmatisasi.

Namun, tak semua wilayah bisa disapa sinyal. Dalam sebuah kegiatan bersama Kemenko Politik dan Keamanan (Polkam) RI, dia menyebut masih ada 43 dusun di Jatim yang belum terjamah. Di sanalah Sherlita dan timnya siap bergerak, menguji, menyisir, berdialog dengan program Jatim Infinity, Jawa Timur Infrastructure dan Connectivity. Ia tidak membawa cahaya sebagai keajaiban, tetapi sebagai janji untuk menyentuh ruang-ruang sunyi itu agar setiap warga, dari gunung hingga pesisir, merasakan kehadiran pemerintah yang terus berpendar. Menyala menebarkan manfaat.

Buah kegigihan di bidang komunikasi dan informatika itu, entah sudah berapa penghargaan didapat Provinsi Jatim. Pun juga kiprah gaya kepemimpinannya. Penghargaan sebagai Best in Innovation Leader Jatim 2023 bukan medali simbolik, tapi tanda bahwa langkahnya telah menyentuh banyak simpul. Ia menuliskan masa depan dengan kode dan komitmen.

Ia juga tahu bahwa digitalisasi adalah gunung tanpa puncak. Tranformasi digital seperti Majadigi dan lainnya itu bukan garis akhir. Namun, permulaan dari sistem yang terus bergerak. Mulai dari SSO, integrasi 38 kabupaten/kota, hingga sinergi dengan GovTech nasional (INA Digital). Itulah “never-ending transformation” yang disebutnya, sebuah filsafat kerja yang takkan pernah usai. Sebab, kebutuhan masyarakat memang tak pernah selesai.

Sherlita bukan malaikat. Bukan pula algoritma. Ia manusia, perempuan biasa yang terlahir dari Kecamatan Tempeh, lengkap dengan keterbatasan dan bayang-bayang. Tapi, di tengah derasnya arus informasi dan tantangan birokrasi, Sherlita memilih untuk terus berjalan. Bergerak. Kadang tertatih, kadang dipuji, kadang juga dikritik.

Yang pasti, di rimba digital ini, ia telah meneguhkan dedikasi dan komitmennya. Memilih menjadi penyulam cahaya. Menyatukan benang kebijakan, benang teknologi, dan benang kemanusiaan. Karena dirinya percaya, bahwa masa depan bukan dibangun dari kecepatan saja, tetapi dari arah yang benar serta kemauan dan keberanian untuk terus belajar.

Jawa Timur hari ini sedang dan terus akan berubah. Dalam tagline baru; Jawa Timur Gerbang Baru Nusantara. Dan, Sherlita menjadi bagian penting sebagai salah seorang perajut perubahan tersebut. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Supardi Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.