KabarBaik.co – PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM) menggelar simulasi tanggap darurat untuk pengamanan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) Suramadu pada Kamis (19/6) di Gardu Induk Surabaya (GIS) Kedinding. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan serta menguji koordinasi lintas instansi dalam mengatasi potensi gangguan pada salah satu objek vital nasional tersebut.
General Manager PLN UIT JBM, Handy Wihartady, menjelaskan bahwa SKTT Suramadu terdiri dari empat kabel bertegangan tinggi 150 kV yang membentang di bawah Jembatan Suramadu dan jalur bawah laut. Sistem ini menjadi penopang utama suplai listrik dari Surabaya ke Pulau Madura.
“SKTT Suramadu adalah objek vital nasional. Empat kabel ini memiliki peran strategis dalam menyuplai kebutuhan listrik Madura, sehingga langkah antisipasi dan pengamanan menjadi sangat penting,” ungkap Handy.
Sejak 2018, tercatat empat gangguan yang terjadi pada kabel SKTT, termasuk kebakaran akibat puntung rokok di jalur motor Jembatan Suramadu. Gangguan lainnya disebabkan oleh berbagai faktor teknis maupun eksternal.
Untuk mengantisipasi gangguan, PLN telah memindahkan titik sambungan kabel ke lokasi yang lebih aman serta menerapkan sistem pemantauan berbasis teknologi seperti CCTV dan sensor suhu. Teknologi ini memberikan peringatan dini terhadap potensi gangguan, termasuk lonjakan suhu pada kabel.
“Gangguan bisa datang dari banyak faktor. Pemantauan berkala dan teknologi deteksi dini adalah kunci untuk menjaga keandalan SKTT,” tambah Handy.
Dalam simulasi kali ini, skenario kebakaran di sekitar jalur kabel dipilih untuk merefleksikan tantangan nyata yang dapat terjadi. Kegiatan ini melibatkan koordinasi PLN dengan TNI AL (Lantamal), Syahbandar, kepolisian, dan pemerintah daerah.
PLN mengadopsi model pengamanan kabel laut di Selat Bali sebagai best practice. Kolaborasi lintas instansi berhasil menekan gangguan yang disebabkan oleh lalu lintas kapal. Handy menyampaikan bahwa pendekatan serupa akan segera diterapkan untuk SKTT Suramadu, dengan dukungan penuh dari Lantamal.
“Harapannya, protokol penanganan terpadu ini dapat meningkatkan keamanan jalur SKTT Suramadu secara signifikan,” ujar Handy.
Sebagai solusi kontinjensi jangka panjang, PLN merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 250 MW di Pulau Madura pada tahun 2028. Dengan lokasi yang masih dalam kajian, PLTG ini diharapkan menjadi penopang sistem kelistrikan lokal, mengimbangi kebutuhan listrik Madura yang saat ini mencapai 350 MW dan tumbuh 7 persen per tahun.
“Kombinasi pengamanan SKTT dan pembangunan infrastruktur pembangkitan lokal akan menjadikan sistem kelistrikan Madura lebih andal dan berkelanjutan,” tutup Handy.
Melalui simulasi ini, PLN berharap dapat meningkatkan kesadaran kolektif seluruh pemangku kepentingan terhadap pentingnya pengamanan infrastruktur vital. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk mewujudkan sistem kelistrikan yang aman dan andal guna mendukung pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat di Madura dan sekitarnya.