Dulu Whiteaway Laidlaw, Kini Berganti Nama Jadi Siola

Reporter: Prabangasta Restu Rendra
Editor: Lilis Dewi
oleh -73 Dilihat
Foto Pinterst

KabarBaik.co- Siola menjadi saksi Surabaya sebagai Kota Perjuangan dan perniagaan terbesar di Nusantara. Ia telah melintas zaman, dari sekadar ruko dagang, kemudian simbol tempat perlawanan terhadap ketertindasan.

Siola adalah monumen yang membekukan kisah keberanian pejuang Surabaya dalam melawan penjajah. Siola membawa ingatan menapaki segala kenangan dan jejak perjalanan berdirinya Kota Surabaya. Sayangnya, banyak generasi masa kini yang kehilangan memori persentuhan dengan Siola sebagai bangunan bersejarah.

Gedung Siola didirikan pada tahun 1877 oleh Robert Laidlaw (1856-1935), seorang pengusaha asal Inggris.

Siola difungsikan sebagai pusat perdagangan dan bisnis. Pertama kali dibuka pada bulan Maret tahun 1923 dengan nama “Whiteaway Laidlaw”. Dijelaskan pula jika bangunan Whiteaway Laidlaw menjadi gedung terindah se-Hindia Belanda kala itu.

Keputusan menempati gedung yang megah tersebut diikuti dengan peningkatan penjualan sehingga keuntungan berlipat ganda. Fondasi bangunan juga dianggap paling kokoh dibanding gedung-gedung lainnya.

Otomatis, saat itu Whiteaway Laidlaw menjadi tongkrongannya orang-orang kelas menengah ke atas, terutama warga keturunan Belanda dan bangsawan di Surabaya. Puncaknya, Robert Laidlaw harus kehilangan banyak tokonya kala Perang Dunia II.

Whiteaway Laidlaw di Surabaya diambil alih oleh pasukan Jepang dan dinamakan Chiyoda (sekarang menjadi merk lampu). Fungsinya masih sama, toko serba ada, namun lebih banyak menjual produk tas dan sepatu.

Hingga Indonesia merdeka, Whiteaway Laidlaw atau Chiyoda mangkrak tak bertuan. Kemudian tahun 1950-an, ada upaya untuk menasionalisasikan aset-aset asing oleh pemerintah Indonesia, maka gedung itu pun menjadi hak milik Pemkot Surabaya. Pada dekade tahun yang sama, ada lima pengusaha yang tertarik dengan gedung Whiteaway Laidlaw atau Chiyoda. Mereka berniat mengembalikan kejayaannya sebagai pusat perdagangan terbesar di Surabaya.

Kelimanya adalah Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem dan Ang. Dari mereka, terbentuk akronim SIOLA, sesuai perpaduan huruf depan nama mereka. Secara resmi, Siola dibuka dan diperkenalkan ke publik pada tahun 1964. Benar saja, dia menjadi toko yang cukup terkenal di seantero Surabaya pada tahun 60-80an.

Saat ini Gedung Siola dikelola oleh Pemkot Surabaya dan dirubah menjadi tempat pelayanan publik sekaligus museum kota Surabaya. Gagasan ini disambut baik oleh masyarakat karena dengan dijadikannya museum, masyarakat dapat belajar sekaligus membayangkan kisah pembangunan sejarah gedung siola.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.