Soal Ambrolnya Tebing Pelindung Sungai Rp 40 Miliar di Baureno, PII Bojonegoro: Kondisi Gagal Struktur

oleh -753 Dilihat
9c1d299e ed70 496f b4b5 d6fd19e35f57
Lokasi tebing pelindung sungai yang ambrol di Kecamatan Boureno, Bojonegoro. (Foto: Shohibul Umam)

KabarBaik.co – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Bojonegoro angkat bicara soal ambrolnya dinding tebing pelindung sungai di Desa Lebaksari dan Desa Tanggungan, Kecamatan Baureno, Bojonegoro.

Organisasi beranggotakan para ahli teknik ini menyebut kondisi tersebut masuk masuk dalam kategori gagal struktur.

“Ambrolnya tebing pelindung Sungai Bengawan Solo di Desa Lebaksari dan Desa Tanggungan, Kecamatan Baureno dapat dikatagorikan kondisi gagal struktur,” kata Ketua PII Cabang Bojonegoro Ir. Muhammad Mashadi, ST, IPM, Selasa (18/2).

Mashadi, mengaku telah melihat langsung kondisi dinding pelindung tebing di Baureno tersebut. Di mana didapati tebing pelindung itu menggunakan CCSP (Corrugated Concrete Sheet Pile) atau dinding penahan tanah yang terbuat dari beton prategang bertulang.

Ia berpendapat, ada hal -hal yang harus diperhatikan dalam desain atau perencanaan penggunaan CCSP. Diantaranya adalah kedalaman CCSP, dengan pertimbangan kedalaman CCSP harus memotong garis longsor minimal sudutnya 45 derajat.

“Yang terjadi tentunya mempertimbangkan juga perhitungan slidding atau guling tanah serta gaya lateral yang timbul akibat tanah maupun akibat air sungai,” ujar mantan anggota dewan ini.

Dalam gaya lateral ini pun, lanjut dia, perlu dipertimbangkan gaya lateral akibat surut sungai yang timbul sangat besar. “Kalau saya lihat di lapangan ada beberapa yang perlu dikaji ulang, pertama untuk balok tarik terlalu dekat dengan CCSP,” ungkapnya.

Seharusnya, jarak antara balok tarik dengan CCSP lebih jauh lagi, dan agar diletakkan di tanah yang lebih stabil, letaknya berada di tanah waras. Karena bila jaraknya terlalu dekat dimungkinkan pancang balok tarik masih berada di tanah hasil sedimen banjir.

Kemudian, yang ke dua bronjong seharusnya tidak diletakkan disisi belakang CCSP karena dapat menambah beban lateral akibat surut air banjir apabila ketika tinggi air melewati top elevasi CCSP tebing penahan.

Yang ke tiga, adalah tinggi CCSP yang muncul dan tertanam sebagai dinding penahan tebing sungai yang akan mendapatkan gaya besar yang timbul, sehingga yang tertanam harus dalam hingga memotong garis longsor.

Mashadi menilai, untuk perbaikan sebaiknya dilakukan kajian teknis ulang terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan beberapa hal yang telah sebutkan. “Sehingga tidak terjadi hal serupa ketika terjadi banjir dan surut air sungai,” tandasnya.

Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Kabupaten Bojonegoro, memberikan klarifikasi atas ambruknya pelindung sungai di Kali Lebak, turut Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.

Kepala Dinas PU SDA Heri Widodo melalui Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA) Iwan Kristian mengatakan, bahwa pekerjaan tebing Kali Lebak telah selesai 100 persen dan tidak ada masalah. Pekerjaan ini rampung pada akhir Desember 2024 lalu.

“Kemudian pada awal Januari 2025 ada banjir yang cukup besar karena hujan deras ketika itu, banjir saat ini di Bengawan Solo itu kan naiknya cepat, turunnya juga cepat, mengakibatkan beberapa titik sliding (geser),” kata Iwan Kristiawan, Sabtu (8/2).(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini



No More Posts Available.

No more pages to load.