Soal Megakorupsi Pertamax Oplosan Rp 193,7 Triliun, Begini Komentar Pengurus NU dan MUI Pusat

oleh -892 Dilihat
ULIL
Ulil Abshar Abdlaa (NU Online)

KabarBaik.co- Terbongkarnya dugaan megakorupsi Pertamax oplosan dengan kerugian negara mencapai Rp 193,7 triliun, menjadi perbincangan di mana-mana. Publik dibuat gerah. Terlebih di jagad media sosial. Begitu banyak warganet menumpahkan kekesalannya atas praktik tipu-tipu jahat tersebut. Terlebih para tersangkanya antara lain petinggi di perusahaan negara.

Banyak pula tokoh dari organisasi keagamaan turut menumpahkan kegeramannya. Ketua Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla, misalnya. Di lama X (Twitter), dia menulis pernyataan menohoh.

‘’Opini saya soal sengkarut Pertamax oplosan ini: Di satu pihak, kasus ini bikin “mules” semules-mulesnya, karena rakyat ditipu secara massal dalam jangka lama. Mereka mengira membeli Pertamax, ternyata yang diperoleh adalah Pertalite. Menyakitkan,’’ kata Ulil yang juga menantu KH Mustofa Bisri (Gus Mus) itu.

Di pihak lain, lanjut dia, megakasus ini terbongkar adalah pertanda baik. “Semoga ini bukti bahwa niat Prabowo melakukan bersih-bersih sudah dimulai,” katanya.

Menurut Ulil, dulu para pengamat di era Orba sering menggambarkan negara Orde Baru sebagai “negara rente” (rent seeking state). Karakter negara seperti itu tidak berubah setelah reformasi. Dalam banyak kasus malah kian parah. Perburuan rentenya makin berjenjang dan kompleks. Antara lain, mungkin, untuk pendanaan politik elektoral yg memang sangat mahal. “Memang rumit,” tegasnya.

Yang menjadi pertanyaannya, para pemburu rente dari negara ini kemana mereka membelanjakan uang-uang mereka? Apakah disimpan saja? Kalau disimpan, disimpan di mana? Di dalam negeri atau di Pulau Cayman, misalnya? Ataukah “dicuci” dengan skema-skema kbisnis yang tampak bersih? Menurut Ulil, kalau yang terakhir masih lumayan.

“Minimal sedikit menggerakkan ekonomi. Minimal ada lapangan pekerjaan yang tercipta,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Ukhuwah dan Dakwah Muhammad Cholil Nafis juga mengungkapkan keprihatinannya. “Duuh Gusti Allah ora sari ya (Gusti Allag tidak tidur, Red),’’ kata Cholil di X @cholilnafis (27/2).

Melihat para tersangka yang memiliki jabatan penting, Cholil Navis juga semakin geram dan memberikan kecaman. “Mereka gerombolan yang sudah melakukan korupsi dan menipu lagi. Bukan hanya miliaran tapi sudah triliunan. Ini yang membuat rakyat sengsara,” ungkapnya.

Dia menyatakan. dana yang hilang akibat praktik ilegal tersebut seharusnya dapat dialokasikan untuk sektor pendidikan, guna mencerdaskan generasi muda dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas. Kita bisa apa?” tandasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini



No More Posts Available.

No more pages to load.