Tabahnya Wali Santri Menunggu di Tengah Gelapnya Kepastian Korban Ponpes Al Khoziny

oleh -134 Dilihat
7dc54a36 06ec 4ea3 b8fb 9f4789dfc501
Wali santri saat melihat data para korban yang di papan pengumuman (Achmad Adi Nurcahya)

KabarBaik.co — Di antara deru alat berat dan teriakan komando petugas penyelamat, wajah-wajah cemas para wali santri terus menatap ke arah reruntuhan bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Mereka menunggu kabar yang belum pasti, berharap ada keajaiban di balik tumpukan puing yang kini menjadi saksi bisu duka mendalam.

Salah satunya Lutfi Andik, warga Surabaya. Sejak awalnya runtuh bangunan Musala pada Senin (29/09), hingga saat ini Sabtu (4/10) , ia duduk di pinggiran posko pencarian dengan mata yang terus mengarah ke lokasi evakuasi. Anak laki-lakinya, Azam Habibi, hingga kini belum ditemukan.

“Sudah enam hari, tapi belum ada kabar. Saya hanya ingin tahu di mana anak saya sekarang. Katanya sudah pulang, tapi saya cari ke rumah sakit juga tidak ada,” ucapnya dengan suara bergetar.

Lutfi bukan satu-satunya. Puluhan orang tua lain juga masih bertahan di sekitar lokasi sejak musibah itu terjadi. Mereka menolak pulang, menunggu kabar apa pun dari tim penyelamat, kabar yang entah kapan datang.

Di tengah kelelahan, doa-doa lirih terus terdengar. Beberapa wali santri terlihat menggenggam tasbih, sementara yang lain hanya menatap kosong ke arah bangunan yang kini rata dengan tanah.

“Saya tidak bisa tenang di rumah. Setiap kali sirine ambulans berbunyi, jantung saya berdebar. Takut kalau kabar yang datang bukan kabar baik,” ujar seorang ibu wali santri, matanya sembab menahan tangis.

Hingga Jumat (3/10) malam, Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi sembilan korban dari reruntuhan. Namun, masih ada puluhan santri yang belum ditemukan. Setiap langkah alat berat, setiap teriakan petugas, menjadi harapan bagi keluarga yang menunggu kepastian.

Malam pun tiba tanpa jawaban. Satu per satu wali santri membentangkan sajadah di sisi jalan, memohon dalam hening agar nama anak mereka segera disebut oleh petugas hidup atau tidak, yang penting ditemukan.

Bagi mereka, ketidakpastian adalah luka paling dalam. Sebab di antara puing-puing itu, ada doa, harapan, dan kasih sayang seorang orang tua yang belum tahu apakah masih bisa memeluk anaknya lagi. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Achmad Adi Nurcahya
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.