KabarBaik.co- Di sebuah desa sunyi di dataran tinggi Tapanuli Utara, ada satu benda rumah yang tidak pernah diinjak, tapi juga tidak pernah disingkirkan: sehelai tikar pandan yang selalu digulung setengah dan diletakkan di ambang jendela kamar. Warga menyebutnya Tikar Tondi, atau alas arwah, karena konon tempat itulah Begu Ganjang biasa duduk saat datang menyapa.
Tikar itu tampak biasa sedikit lapuk, dan berbau lembap. Tapi yang membuatnya ganjil adalah: setiap pagi, bagian tengah tikar itu selalu basah seperti bekas seseorang duduk dengan rambut yang baru ditiriskan.
Bukan Tikar, Tapi Undangan
Menurut warga, tikar itu bukan diletakkan di sana untuk duduk, melainkan sebagai penanda. Bila Begu Ganjang datang ke suatu rumah tapi tidak menemukan tempat mendarat, maka ia akan menuntut tubuh manusia sebagai wadah sementaranya. Tapi jika tikar pandan itu tersedia, ia akan duduk diam dan pergi sebelum ayam berkokok.
Namun, tidak semua kedatangannya membawa tenang. Jika tikar tiba-tiba bergeser sendiri ke arah dalam rumah, itu tandanya Begu Ganjang ingin masuk, bukan hanya melihat dari jendela.
Tinggi, Tapi Tidak Berkepala
Beberapa warga mengaku melihat penampakan tinggi menjulang di luar jendela saat malam gerimis. Sosok itu tak memiliki kepala, tapi bayangannya memantul di kaca dengan bentuk lengkap: tinggi, kurus, dan rambutnya menjulur hingga ke tanah.
Tikar yang Tak Boleh Dijemur
Mitos lokal menyebutkan, tikar tondi tidak boleh dijemur, apalagi disentuh saat matahari tenggelam. Pernah ada seorang perantau pulang kampung yang tak percaya, lalu menggantung tikar itu di luar rumah. Malamnya, ia ketindihan dan tubuhnya memar-memar seperti habis dipeluk erat dari belakang.
Sejak saat itu, tikar kembali digulung rapi dan diletakkan di ambang jendela. Kadang disertai dengan taburan beras kuning dan tiga helai daun sirih sebagai syarat agar Begu Ganjang hanya numpang lewat, tidak menetap.
Jika Tikar Tiba-tiba Hilang
Satu hal yang paling ditakuti warga: tikar yang menghilang tanpa jejak. Itu tandanya, Begu Ganjang telah merasa cukup akrab untuk tidak butuh undangan lagi. Dalam beberapa kasus, warga yang kehilangan tikar ini jatuh sakit aneh: tubuh lemas, pandangan gelap, dan malam-malamnya selalu disertai suara napas berat dari balik jendela.
Dibiarkan Ada, Tapi Tak Pernah Didekati
Sampai hari ini, banyak rumah tua di pelosok Tapanuli yang masih menyimpan tikar itu. Tidak dipakai, tidak dicuci, hanya dijaga keberadaannya. Karena dalam tikar pandan tua yang tampak tak berarti itu, mungkin telah duduk diam sosok yang tidak ingin pulang, tidak ingin diusir, dan hanya menunggu satu jendela terbuka untuk berpindah ke dalam rumah.