KabarBaik.co — Tren hampers pernikahan kini semakin beragam. Tak lagi didominasi kue dan cokelat, sepasang suami istri di Jombang justru berhasil mencuri perhatian dengan inovasi hampers berisi telur asin. Ide kreatif ini membuat produk sederhana tampil elegan dan diminati calon pengantin untuk acara lamaran hingga pernikahan.
Inovasi unik tersebut digarap oleh Eva Nurfatika Sari, pemilik Rumah Produksi Telur Asin Pratama yang berlokasi di Jalan Proklamasi, Desa Keras, Diwek, Jombang.
Setiap hari, Eva bersama sang suami mengolah ratusan telur bebek sekaligus merakit kemasan hampers yang dihias cantik.
Proses pembuatan telur asin dilakukan melalui fermentasi menggunakan media abu selama sepuluh hari.
Telur bebek dilumuri abu lalu disimpan dalam wadah tertutup hingga rasa asinnya merata dan lebih tahan lama.
Setelah itu, telur dibersihkan, diseleksi menggunakan cahaya senter, lalu dikukus hingga matang sebelum ditempeli stiker label.
“Per butir kita jual Rp 3.000. Untuk hampers ada isi empat, lima, enam, sampai sepuluh butir dengan harga mulai Rp 85.000 hingga ratusan ribu,” ujar Eva Sabtu (22/11/2025).
Hampers telur asin menjadi lebih menarik berkat penataan khusus serta dekorasi bunga dan ornamen estetik. Tampilan mewah inilah yang membuat produk Eva banyak diburu pasangan yang ingin memberikan hantaran unik dan berkesan.
Eva mengaku ide tersebut ia dapatkan dari berbagai referensi di media sosial. Namun ia tetap berupaya membuat desain yang berbeda agar tidak terkesan meniru.
“Ini kan sesuatu yang unik ya, telur asin dijadikan hampers. Di Jombang masih jarang. Ada referensi dari TikTok, tapi saya ubah supaya nggak jiplak. Saya buat beda,” ujarnya.
Pemasaran dilakukan melalui Instagram dan TikTok. Berkat konten video menarik yang sempat viral, pesanan datang dari berbagai daerah, termasuk Surabaya dan Jakarta.
Usaha yang baru dirintis sejak Juni 2025 itu kini mampu menghasilkan omzet hampir Rp 5 juta per bulan. Meski begitu, Eva mengaku masih menghadapi kendala, terutama karena ia belum memiliki ternak bebek sendiri.
“Kendalanya di harga. Harga telur bebek sekarang naik,” katanya.
Kisah Eva menunjukkan bahwa produk lokal dapat memiliki nilai jual tinggi jika dikemas secara kreatif.
Inovasinya ini sekaligus membuka peluang besar bagi usaha rumahan yang ingin tampil berbeda dan menarik perhatian pasar. (*)







