KabarBaik.co – Ketua Dewan Pers yang baru saja dilantik, Komaruddin Hidayat menyampaikan pandangannya mengenai tantangan serius yang dihadapi dunia pers saat ini.
Usai acara serah terima jabatan Anggota Dewan Pers di kantornya, Jakarta, Rabu (14/5), Komaruddin Hidayat menyoroti pesatnya perkembangan konten digital yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai sebuah ancaman.
Menurut Komaruddin Hidayat, fenomena konten digital yang beredar luas di berbagai platform seperti YouTube, TikTok, dan media sosial seringkali hanya berorientasi pada sensasi dan monetisasi. Akibatnya, kualitas informasi yang disajikan menjadi terabaikan.
“Jadi praktis semuanya itu merupakan mitra pers, tapi sekaligus juga mengancam pers,” ujar Komaruddin.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa evolusi teknologi dan algoritma telah mengubah cara masyarakat dalam mengakses informasi. AI dan media sosial yang seharusnya menjadi mitra pers dalam menyebarkan berita justru berpotensi merusak kualitas informasi di ruang publik karena seringkali tidak terverifikasi.
“Banyak juga yang spiritnya itu hanya jual sensasi. Mencari follower, monetisasi, dan kadang-kadang isinya sampah-sampah,” tegasnya.
Menyikapi tantangan ini, Komaruddin Hidayat menekankan bahwa tanggung jawab untuk mengatasi persoalan ini tidak hanya berada di pundak Dewan Pers.
Ia menyerukan kolaborasi aktif dari berbagai pihak, termasuk jurnalis, pendidik, kementerian terkait, hingga masyarakat luas.
Komaruddin Hidayat bahkan menyebut era digital saat ini sebagai bentuk baru dari kolonialisme digital.
Menurutnya, algoritma yang mengatur konsumsi informasi masyarakat secara tidak langsung menyerang pola pikir dan perilaku.
“Karena yang diserang itu sekarang adalah pemikiran dan perilaku masyarakat. Terutama oleh yang disebut digital colonialism. Kolonialisme digital, algoritma, itu mengarahkan perilaku kita. Sekarang kita melihat dunia, itu kan tergantung apa kata handphone,” jelasnya.
Oleh karena itu, Komaruddin Hidayat mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam mengedukasi publik dan membersihkan ruang digital dari konten-konten sensasional yang tidak berkualitas.
“Makanya Dewan Pers dan juga guru-guru, pendidik, juga medsos, itu hendaknya kerja sama; satu, untuk mendidik masyarakat, tetapi juga untuk main cleansing untuk membersihkan pikiran-pikiran, sampah-sampah yang mengganggu, komunikasi wacana kita, banyak sekali,” pungkas Komaruddin Hidayat.(*)