KabarBaik.co — Puluhan warga Desa Banyutengah, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, menggelar aksi protes dengan mencopoti ban mobil siaga di balai desa setempat pada Minggu siang (29/6).
Aksi itu dipicu atas meninggalnya seorang warga bernama Fatkul Hadi akibat kesulitan mengakses mobil siaga desa saat dalam kondisi gawat darurat.
Massa yang geram mencopot dua ban belakang mobil siaga sebagai bentuk protes atas lambannya pelayanan darurat dari pihak pemerintah desa (pemdes).
Aksi dimulai pukul 12.00 WIB dan berlangsung hingga sekitar pukul 12.30 WIB. Tidak ada perwakilan dari pemdes yang menemui warga, kecuali Kamid dari pihak ketertiban desa (trantib) yang mengatakan bahwa dirinya tidak memegang kunci mobil. Warga pun bubar dengan membawa dua ban mobil sebagai simbol kekecewaan mendalam.
“Percuma ada mobil siaga tapi tidak siaga. Kami ambil saja bannya,” kata Syaifuddin, warga RT 04 RW 02, saat ditemui di lokasi, Minggu (29/6).
Ia menjelaskan bahwa kejadian bermula saat korban mengalami sesak napas disertai kejang-kejang yang sebelumnya katanya sudah sakit DBD, pada pukul 00.00 WIB dini hari.
Keluarga korban sempat menghubungi pihak desa untuk meminjam mobil siaga, namun tak kunjung mendapat jawaban pasti karena perangkat desa saling lempar terkait pihak yang memegang kunci mobil.
“Yang satu bilang nggak pegang, yang lain lempar ke orang lain. Padahal kondisinya sudah sangat darurat,” ungkap Syaifuddin dengan nada geram.
Karena tak ada pilihan lain, pada pukul 01.00 WIB korban akhirnya dibawa ke Puskesmas Prupuh menggunakan kendaraan tosa milik warga. Dari sana, korban langsung dirujuk ke RSUD Ibnu Sina. Sayangnya, nyawa korban tidak tertolong. Ia dinyatakan meninggal pada pagi harinya di rumah sakit.
Hal senada diungkapkan, Sabikul Kohar, warga RT 05, yang membenarkan kronologi tersebut. Ia menyebut kejadian semacam ini bukan kali pertama terjadi di desanya.
“Ini bukan yang pertama. Warga sering kesulitan pinjam mobil siaga, seolah tidak diperbolehkan. Tapi kali ini sampai meninggal dunia. Makanya warga marah dan turun,” katanya.
Aksi pencopotan ban mobil siaga desa oleh warga menjadi puncak kemarahan atas apa yang mereka nilai sebagai kegagalan pemdes dalam menjamin pelayanan darurat yang seharusnya cepat dan sigap.
Ia juga menerangkan bahwa sampai saat ini, pemdes Banyutengah belum memberikan pernyataan resmi kepada warga.
Fatkul Hadi diketahui berusia di atas 30 tahun dan merupakan bagian dari keluarga Bapak Suwono, warga setempat yang cukup dikenal di lingkungan RT 08 desa Banyutengah.
Warga menegaskan, aksi ini bukan sekadar ledakan emosi sesaat, melainkan akumulasi dari ketidakpuasan bertahun-tahun atas tata kelola mobil siaga yang dianggap tidak transparan dan tidak berpihak pada kepentingan warga.
“Seharusnya kan ada sopirnya satu, kalau memang kita harus bayar ya gapapa yang penting bisa segera,” pungkas Sabikul Kohar dengan sangat geram.
Saat KabarBaik.co mendatangi balai desa, tidak ada aktivitas karena masih hari libur akhir pekan.(*)