KabarBaik.co- Bencana hidrometeorologi tengah terjadi di sejumlah wilayah Jatim. Banjir hingga tanah longsor. Banyak areal pertanian, fasilitas umum, sekolah hingga pemukiman penduduk tergenang. Bahkan, di sejumlah lokasi, ada korban jiwa. Berdasar prakiraan BMKG, banjir masih berpotensi terjadi hingga Februari mendatang.
Dari data yang dihimpun KabarBaik.co, di Kabupaten Bondowoso, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat, sawah, sejumlah rumah warga dan bangunan sekolah jebol akibat banjir dan tanah longsor setelah hujan deras yang terjadi Kamis (23/1). Yakni, di Desa Ambulu, Kecamatan Wringin.
Di Kabupaten Bojonegoro, pada Kamis (23/1) dilaporkan mausk siaga tiga. BPBD setempat mencatat, ada 6 kecamatan terendam banjir akibat Bengawan Solo meluap. Sejumlah rumah, jalan, dan area persawahan terendam. Enam kecamatan terdampak masing-masing Dander, Bojonegoro, Baureno, Kalitidu, Ngraho, dan Trucuk. Ketinggian banjir dari 20 sampai 60 sentimeter.
Di Kecamatan Baureno, misalnya. Banjir merendam sawah dengan total luas mencapai 200 hektare hektare. Padahal, umur padi 55-85 hari atau tidak lagi memasuki musim panen. Demikian juga di kecamatan lain, banjir juga membuat areal pertanian tergenang.
Sementara itu, di wilayah Kabupaten Mojokerto, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, kembali diterjang banjir. Sungai afvour Jombok meluap, pada Kamis (23/1). Dari catatan BPBD, banjir merendam permukiman warga, fasilitas umum seperti sekolah dan lahan persawahan. Ketinggian air di permukiman warga 10-20 sentimeter. Lahan pertanian di Dusun Bekucuk yang terdampak banjir sekitar 67 hektare dan Dusun Tempuran seluas 30 hektare.
Di Kabupaten Situbondo, guyuran hujan deras sejak Kamis pagi hingga sore, membuat Sungai Kalorkoran di Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, meluber. Sedikitnya 67 rumah warga di Desa Sumberwaru terendam dengan ketinggian air 50-90 sentimeter. Selain itu, sejumlah ruas jalan kabupaten, provinsi, dan nasional terdampak. Aspal jalan tertutup air bercampur lumpur.
Di Kabupaten Sidoarjo, banjir menyasar di beberapa lokasi. Di antaranya di kawasan Kecamatan Tanggulangin. Bahkan, para murid SDN Gempolsari 1, terpaksa belajar dari rumah secara daring. Sekolah ini terendam banjir dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter sejak lima hari belakangan. Banjir tidak hanya merendam halaman sekolah, tapi juga masuk ke kelas-kelas.
Di Babat, Kabupaten Lamongan. sejumlah rumah warga juga terimbas luapan Bengawan Solo. Dari data BPBD, tercatat ada 13 rumah warga di wilayah Kecamatan Babat yang tergenang air. Selain di Babat, tanggul non-teknis di Desa Gedangan, Kecamatan Maduran, Lamongan, juga dilaporkan jebol pada Kamis (23/1). Dampaknya, lahan pertanian tergenang dengan seluas sekitar 10 hektare.
Di Kabupaten Ponorogo, delapan titik tanggul dilaporkan jebol setelah hujan deras. Akibatnya, ratusan hektare sawah terendam. Data dari BPBD, kerusakan tanggul terjadi di beberapa desa. Di antaranya, Desa Purworejo, Desa Sendang, dan Desa Bringinan. Imbasnya, lahan pertanian tergenang. Misalnya, di Desa Purworejo, ada sekitar 30 hektare sawah terendam. Rata-rat tanaman padi baru 25-30 hari.
Sementara itu, di Kabupaten Bangkalan, banjir yang sempat elanda beberapa hari lalu juga menelan korban jiwa. Salah seorang santri dilaporkan terseret arus Sungai Blega. Pada Rabu (22/1), tim gabungan akhirnya berhasul menemukan santri tersebut. Jenazah korban ditemukan berjarak sekitar 950 meter dari titik saat hanyut.
Korban adalah SQ, 16, santri Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Blega. Korban berasal dari Desa Durin Timur, Kecamatan Konang, Bangkalan. Dia hanyut terseret arus sungai Selasa (21/1), sekitar pukul 08.30 WIB. Saat itu, korban sedang mandai di sungai setempat.
Tidak hanya di wilayah tersebut, bencana hidrometeorologi juga terjadi di sejumlah kabupaten/kota di Jatim dengan dampak bervariasi. Karena itu, tampaknya segenap stakeholder mesti terus meningkatkan kewaspadaannya. Sebab, hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi diperkirakan masih akan terjadi. Termasuk di wilayah Jatim.
Sebelumnya, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono mengaku telah melayangkan surat kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BMKG untuk meminta modifikasi cuaca kembali sebagai upaya antisipasi bencana. hidrometeorologi.
“Saat ini Jawa Timur sudah masuk puncak bencana hidrometeorologi yang ditandai dengan bencana puting beliung, hujan deras, angin kencang,” katanya seusai melayat ke rumah duka korban tanah longsor Bali di Magetan, pada awak media, Rabu (22/1).
Adhy memperkirakan, musim hujan masih akan terus mengguyur Jatim hingga bulan Maret 2025 mendatang. “Kami pun mengimbau masyarakat jika hendak berpergian atau liburan untuk waspada,” ujarnya. (*)