KabarBaik.co- Kelahiran Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) pada 19 November 1999 merupakan babak baru gerakan intelektual NU, sebuah lompatan dari tradisi pesantren menuju kiprah profesional yang lebih luas. Hal itu disampaikan Plt Ketua PW ISNU Jawa Timur Prof M. Afif Hasbullah dalam Tasyakuran Harlah ke-26 ISNU di Kantor PW ISNU Jatim, Rabu (19/11) petang.
“Gerakan intelektual NU sebenarnya sudah lama ada, tetapi ketika itu didominasi intelektual produk pesantren dengan visi mendirikan NU dan memperjuangkan NKRI,” ujarnya,
Afif menjelaskan, ISNU lahir dari embrio Forum Silaturahim Sarjana NU (FOSSNU), seiring tumbuhnya kalangan sarjana NU di luar pesantren dan memasuki jalur profesional. “Mungkin karena diperlukan konsolidasi untuk berhikmah kepada bangsa dan negara, atau panggilan para santri yang sudah tersebar di mana-mana untuk tetap diakui sebagai santri muassis NU lewat perjuangan profesi,” katanya.
Perkembangan itu juga dipicu oleh kehadiran diaspora NU dari berbagai kampus luar negeri yang ingin tetap berkhidmat melalui NU. Kondisi tersebut membuat Lakspedam NU tidak lagi mencukupi, sehingga dibutuhkan badan otonom khusus sarjana.
Afif menuturkan, perjalanan awalnya di ISNU dimulai dari Cabang Lamongan pada 2003. Kini, ISNU Jatim memiliki tujuh cabang istimewa di kampus-kampus besar. Di antaranya, Unibraw, Unisma, Unair, UINSA, Unuja, UIN Malang, dan Universitas Sunan Drajat Tuban.
Pada usia ke-26 tahun ini, pihaknya berharap kader ISNU semakin solid. “Kekompakan akan mempermudah terwujudnya sinergi dan inovasi, sehingga ISNU ke depan semakin bermanfaat untuk bangsa dan negara,” tegasnya.
Acara tasyakuran yang dihadiri kader dari Surabaya, Sidoarjo, Jombang, dan Pasuruan. Selain itu juga diikuti sejumlah senior ISNU Jatim seperti H. Abdul Manan, dr Hamid Nawawi, dan Dr Ir M. Qoderi. Dalam sesi refleksi, para senior mengenang proses pengakuan ISNU sebagai badan otonom NU pada Muktamar ke-32 NU di Makassar tahun 2010 serta pembentukan PP ISNU. (*)







