KabarBaik.co – Hujan deras yang mengguyur wilayah utara Brantas kembali memicu banjir di sejumlah kecamatan. Terhitung sejak Kamis (20/11) malam hingga Jumat (21/11) siang, sebanyak 14 desa di 4 kecamatan terendam air.
Banjir pertama melanda Kecamatan Kabuh, tepatnya di Desa Munungkerep, Desa Pengampon, dan Desa Kedungjati. Air di Munungkerep mulai naik sejak pukul 17.50 WIB setelah Sungai Slumbung meluap.
“Cukup tinggi dan deras banjirnya. Tapi sekitar pukul 20.00 sudah surut seluruhnya,” ujar Heru, warga Dusun Slumbung.
Di Desa Pengampon, banjir merendam lebih dari 50 rumah di Dusun Suco dan Kambingan. Air berasal dari aliran deras wilayah hutan di bagian atas desa.
“Tadi malam makin tinggi sampai banyak rumah terdampak. Untungnya jam 20.00 WIB mulai habis,” kata Sekdes Pengampon, Suwandi.
Kondisi lebih parah terjadi di Desa Kedungjati. Air luapan dari Kali Kabuh mulai membanjiri Dusun Jatisari dan Jatidrenges sekitar pukul 22.30 WIB.
“Yang paling parah, sekitar pukul 00.00 banjir menggenangi jalan provinsi Ploso–Babat sampai lebih dari 30 cm. Baru surut jam 01.00,” ungkap Soni Harsono, warga Jatisari.
Selain permukiman, parkiran salah satu pabrik di Kedungjati juga tergenang sehingga banyak motor karyawan terendam.
Wilayah Kecamatan Plandaan ikut terdampak di Desa Klitih, Tondowulan, dan Darurejo. Genangan mencapai 30 cm namun surut dini hari akibat sumbatan sungai berkurang.
Memasuki Jumat dini hari, banjir bergeser ke Kecamatan Ploso karena meningkatnya debit sungai yang menginduk ke Kali Marmoyo. Desa Pandanblole menjadi salah satu lokasi paling terdampak setelah tanggul jebol.
“Air datang tengah malam karena tanggul jebol. Permukiman, jalan sampai balai desa terendam,” ujar Kades Pandanblole, Suwaji.
Desa Kedungdowo dan Pagertanjung juga terdampak luapan Kali Marmoyo. Di Pagertanjung, banjir hanya mengenai Dusun Pagerongkal, namun sudah dua kali terjadi dalam sepekan.
Desa Jatigedong menjadi titik paling parah. Banjir di wilayah ini sudah masuk hari ketiga dan kembali naik pada Jumat pagi.
“Rabu itu tinggi, Kamis mulai surut, hari ini naik lagi dan lebih tinggi. Rumah hampir semua kemasukan air sampai 60 cm,” terang Dodik, warga Dusun Gotan.
Tiga sekolah terpaksa meliburkan kegiatan belajar. Bahkan masjid setempat terendam hingga salat Jumat tak bisa dilaksanakan.
Dampak banjir juga dirasakan di Desa Gedongombo, masih di Kecamatan Ploso.
Banjir juga muncul di Kecamatan Kudu, tepatnya di Desa Sidokaton dan Desa Bakalanrayung, dengan ketinggian maksimal 30 cm.
BPBD Jombang menyebut hujan ekstrem sejak Rabu sore menjadi pemicu utama.
“Sampai pagi tadi banjir masih terpantau di Sidokaton dan Bakalanrayung. Pemantauan terus dilakukan dan dapur umum akan dibuka jika diperlukan,” ujar Supervisor Pusdalops BPBD Jombang Stevy Maria. (*)








