KabarBaik.co- Dalam dunia spiritual Jawa kuno, ada satu ajian yang kerap dibicarakan dengan nada serius, penuh hormat, dan sedikit rasa takut: Ajian Rogo Sukmo. Ini bukan sekadar ilmu supranatural yang dibuat-buat atau cerita rakyat yang dibumbui drama. Bagi mereka yang percaya, ini adalah ajian tingkat tinggi yang benar-benar ada, dan hanya segelintir orang yang bisa menapaki jalannya. Ajian ini dipercaya mampu memisahkan jiwa dari raga, menjelajahi alam lain yang tak kasat mata, bahkan masuk ke dunia gaib. Tapi, konon, harga yang harus dibayar tak main-main—nyawa bisa jadi taruhannya.
Kisah ini berkembang lewat cerita tentang seorang pemuda bernama Dharma. Ia bukan keturunan tokoh sakti, bukan pula orang dengan darah pendekar. Tapi tekadnya untuk menguasai Ajian Rogo Sukmo melebihi rasa takut manusia biasa.
Bertahun-tahun ia mencari guru sejati, hingga suatu hari ia mendengar nama Ki Jagat Seta, seorang pertapa yang katanya menguasai ilmu tersebut dan tinggal di puncak Gunung Lawu. Tanpa pikir panjang, Dharma melakukan perjalanan mendaki sendirian, menembus hutan pekat, hawa dingin menggigit, dan bisikan aneh dari balik pepohonan. Sampai akhirnya, di bawah pohon beringin besar, muncullah sang pertapa. “Kalau kau ingin menguasai Rogo Sukmo,” ujar Ki Jagat Seta dengan mata menembus sukma, “siapkan hatimu untuk kehilangan segalanya.” Tanpa ragu, Dharma mengangguk. Maka dimulailah rangkaian ujian mistis yang tak semua orang bisa jalani.
Ujian Pertama: Pati Geni, Puasa Mutlak
Dharma diminta menjalani puasa pati geni, 7 hari 7 malam tanpa makan, minum, tidur, atau bicara. Di dalam gua sunyi, ia duduk bersila dalam gelap total. Hari pertama masih bisa ditahan. Tapi masuk hari ketiga, penglihatan mulai kabur, bisikan halus terdengar dari dinding gua, dan sosok-sosok samar muncul dari kegelapan. Di hari keenam, tubuhnya sudah seperti rangka hidup—jiwanya nyaris tercerabut. Tapi ia bertahan. Saat fajar hari ketujuh menyapa, Dharma masih hidup, walau nyaris mati. Ki Jagat Seta hanya tersenyum, “Kau lulus ujian pertama.”
Ujian Kedua: Menghadapi Cermin Jiwa
Ujian berikutnya lebih menyeramkan: Dharma harus masuk ke lorong batu dalam gua, dan di sana ia bertemu wujud lain dirinya sendiri. Sosok itu adalah ketakutan terbesarnya—suara yang meremehkan, mata kosong yang menghina, dan aura jahat yang menyedot keberanian. “Aku tahu kau akan gagal,” kata sosok itu dengan nada dingin. Tapi Dharma tidak mundur. Meski gemetar, ia menatap balik dan berteriak, “Aku tidak takut lagi!” Sekejap, bayangan itu lenyap. Lorong gelap pun terang kembali.
Ujian Terakhir: Menyebrangi Batas Dunia
Ini adalah inti dari Ajian Rogo Sukmo: melepaskan jiwa dari tubuh. Dipandu oleh Ki Jagat Seta, Dharma mulai meditasi. Napasnya perlahan, pikirannya kosong, dan pelan-pelan ia merasa melayang lalu—terlepas.
Dharma bisa melihat tubuhnya dari atas. Ia benar-benar keluar dari raganya! Tapi sebelum sempat merasa bangga, sekelilingnya berubah. Udara jadi pekat, suara-suara asing bergema, dan sosok bayangan mulai muncul dari segala arah. Ini bukan dunia manusia—ini alam gaib.
Dengan energi terakhir dari dalam jiwanya, Dharma memanggil tubuhnya kembali. Ia kembali masuk ke raganya, membuka mata dengan nafas terengah. Ia hidup. Tapi kali ini—berbeda.
Dharma tak lagi orang biasa. Ia telah melewati tiga ujian gaib dan menyatu dengan ilmu yang hanya mitos bagi banyak orang. Tapi dari kisah ini, ada satu pelajaran besar: setiap kekuatan besar datang dengan ujian batin yang lebih besar. Ajian Rogo Sukmo bukan sekadar tentang menjelajah dunia lain, tapi tentang mengalahkan ketakutan paling dalam—yakni diri sendiri. Karena dalam kepercayaan Jawa, sebelum bisa menyentuh dimensi gaib, seseorang harus lebih dulu menyatu dengan kesadaran sejatinya.