HeadlineKetahanan Pangan

Jawa Timur Mantapkan Diri Jadi Laboratorium Inovasi Pangan Nasional

1398
×

Jawa Timur Mantapkan Diri Jadi Laboratorium Inovasi Pangan Nasional

Sebarkan artikel ini

Bicara di Forum Keterbukaan Informasi Publik KI Pusat

Wagub Jatim Emil Dardak menjadi narsum di seminar keterbukaan informasi publik KI Pusat.

Bertani- Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menjadikan provinsinya bukan sekadar lumbung pangan nasional, tetapi juga laboratorium inovasi pangan Indonesia. Melalui berbagai terobosan teknologi dan program berkelanjutan, Pemprov Jatim terus memperkuat kemandirian pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

“Kemandirian pangan harus dibarengi dengan pertanian berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Emil saat menjadi narasumber dalam Seminar Keterbukaan Informasi Publik 2025 yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat di Jakarta, Rabu (15/10).

Event Organizer Kabarbaik

Menurut Emil, Jawa Timur menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga swasembada pangan — mulai dari keterbatasan lahan, perubahan iklim, hingga ketimpangan harga dan tekanan lingkungan. Namun, berbekal inovasi dan adaptasi, Jatim berhasil menjaga produktivitas di tengah keterbatasan tersebut.

Melalui program Nawa Bhakti Satya, khususnya Bhakti ke-7 (Jatim Agro), Pemprov Jatim terus mendorong pengembangan varietas tanaman tahan kekeringan, sistem irigasi efisien, serta pemanfaatan teknologi digital pertanian. Upaya ini diperkuat dengan diversifikasi pangan, pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, dan penguatan kemitraan global untuk menghadapi tantangan pangan dunia.

Berdasarkan data BPS 2024, Jawa Timur mencatatkan diri sebagai produsen pertanian terbesar di Indonesia.

  • Produksi padi mencapai 9,3 juta ton (17,4% dari nasional) – peringkat 1 nasional.
  • Produksi jagung sebesar 4,6 juta ton (30,36% dari nasional).
  • Produksi tebu mencapai 1,27 juta ton (13,5% nasional).
  • Produksi garam 863.332 ton dan perikanan tangkap 621.447 ton, keduanya juga peringkat 1 nasional.
  • Susu sapi 468.712 ton (58% nasional), telur 2,02 juta ton (32%), dan daging sapi 121.387 ton (20%).

Dengan capaian tersebut, Jawa Timur menunjukkan bahwa produktivitas tinggi tidak harus bergantung pada perluasan lahan. “Dengan luas wilayah sekitar 48 ribu kilometer persegi, kita tidak lagi bisa membuka lahan baru. Namun, tanah vulkanik yang subur dan ketersediaan air membuat petani kita bisa panen hingga tujuh kali dalam dua tahun,” jelas Emil.

Meski begitu, Emil mengakui masih banyak pekerjaan rumah. Banyak petani yang belum menikmati hasil pembangunan secara merata. Karena itu, Pemprov Jatim kini fokus pada hilirisasi dan peningkatan nilai tambah produk pertanian, serta digitalisasi sistem pertanian untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan efisiensi.

“Pertanian harus menjadi jalan menuju kesejahteraan, bukan sekadar bertahan hidup,” tegas Emil.

Ia juga menekankan pentingnya perubahan pola konsumsi masyarakat melalui diversifikasi pangan lokal seperti jagung, umbi-umbian, dan produk olahan hasil ternak sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan berkelanjutan.

Dengan 48 gunung, lebih dari 500 pulau, serta ribuan desa dan kelurahan, Emil menyebut Jawa Timur sebagai miniatur Indonesia — wilayah yang beragam, produktif, dan penuh tantangan, namun terus menjadi motor ketahanan pangan nasional. (*)