KabarBaik.co – Duka mendalam menyelimuti keluarga kecil di Dusun Candi Pari, Porong, Sidoarjo. Hanania Fatin Majida, balita berusia dua tahun sepuluh bulan, meninggal usai mengalami proses perawatan yang penuh kendala.
Kasus ini memicu tanda tanya besar soal pelayanan kesehatan, terutama terkait dugaan penolakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan keterlambatan rujukan medis.
Hanania merupakan putri pasangan Hasan Bisri dan Siti Nur Aini. Awalnya, Hanania hanya mengalami demam. Karena khawatir, orang tuanya segera membawanya ke Klinik Siaga Medika. Namun, keluarga itu justru dihadapkan pada kenyataan pahit. Pihak klinik menolak KIS yang mereka miliki dengan alasan tidak aktif.
“Padahal kami sangat bergantung pada KIS, karena kondisi ekonomi pas-pasan. Kami akhirnya membayar biaya sendiri meski harus berutang,” tutur Hasan Bisri dengan mata berkaca-kaca, Selasa (26/8).
Hanania kemudian dirawat di klinik tersebut selama lima hari. Bukannya membaik, kondisi tubuhnya justru semakin memburuk. Luka melepuh bahkan muncul di tangan akibat pemasangan infus. Hingga akhirnya, sang balita mengalami kejang-kejang pada dini hari. Panik, keluarga meminta agar Hanania segera dirujuk ke rumah sakit.
Namun, rujukan tak kunjung diberikan. Menurut keluarga, pihak klinik meminta biaya perawatan sebesar Rp 3.020.000 untuk dilunasi terlebih dahulu.
“Kami terpaksa menyerahkan Kartu Keluarga asli sebagai jaminan, barulah rujukan diberikan,” ungkap sang ibu, Siti Nur Aini.
Kondisi kritis Hanania semakin memperburuk suasana hati keluarga. Saat akhirnya tiba di RSUD Sidoarjo, tubuh mungilnya sudah membengkak dan membiru. Di rumah sakit tersebut, justru terungkap fakta bahwa KIS yang dimiliki Hanania masih aktif. Penjelasan itu membuat keluarga semakin terpukul.
Sayangnya, segala upaya medis yang dilakukan tidak mampu menyelamatkan nyawa Hanania. Setelah 12 jam menjalani perawatan intensif di RSUD Sidoarjo, balita itu mengembuskan napas terakhir. Tangis keluarga pun pecah, menambah pilu peristiwa tersebut.
Yang membuat luka semakin dalam, keluarga mengaku masih ditagih biaya oleh pihak klinik meski sudah kehilangan buah hati.
“Kami hanya ingin keadilan dan berharap tidak ada lagi anak lain yang bernasib seperti Hanania,” kata Siti lirih. (*)