KabarBaik.co – Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu (16/3) malam menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Kecamatan Waru dan Taman. Luapan tiga sungai, yakni Sungai Sinir, Sungai Buntung, dan Sungai Bulak Dok, membuat air merendam permukiman warga serta akses jalan utama. Hingga Senin (17/3), genangan masih belum surut, menghambat aktivitas masyarakat.
Jalan Trunojoyo dan Jalan Kolonel Sugiono menjadi dua akses utama yang terdampak cukup parah. Banyak kendaraan terpaksa berbalik arah karena ketinggian air yang mencapai lutut orang dewasa. Beberapa pengendara nekat menerobos banjir, tetapi mengalami mogok di tengah jalan. Warga setempat juga harus mencari jalur alternatif untuk menuju tempat kerja dan sekolah.
Banjir ini tidak hanya merendam jalan raya, tetapi juga menggenangi sepuluh desa di Kecamatan Waru, di antaranya Pepelegi, Medaeng, Bungurasih, Waru, dan Kureksari. Sementara itu, di Kecamatan Taman, tiga desa serta satu kelurahan turut terdampak, yakni Ketegan, Ngelom, Kedungturi, dan Wage. Ketinggian air di beberapa titik mencapai 40 cm, membuat sebagian warga harus mengungsi ke rumah kerabat.
Antok, warga Desa Medaeng, mengatakan bahwa banjir mulai masuk ke rumah-rumah warga setelah salat Isya’. Namun, genangan air semakin tinggi pada pagi harinya akibat luapan Sungai Buntung. Ia mengungkapkan bahwa banjir ini selalu terjadi hampir setiap musim hujan.
“Banjir itu sejak kemarin setelah shalat Isya’, namun genangan air tinggi mulai pagi sekitar pukul 05.00 WIB. Banjir di Desa Medaeng ini karena Sungai Buntung meluap,” katanya saat ditemui di dekat rumahnya.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya bantuan bagi warga terdampak. Sumini, warga Medaeng lainnya, mengungkapkan bahwa banjir yang terjadi setiap tahun hampir lima hingga enam kali ini hanya sekali mendapat bantuan sembako. Ia berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk menangani masalah banjir yang terus berulang.
“Kalau sudah banjir lama sekali 4 hingga 7 hari, sampai saat ini pada saat banjir dirinya baru sekali mendapatkan bantuan sembako. Padahal banjir setiap tahun hampir 5 sampai 6 kali,” keluhnya.
Camat Waru, Nawari, menjelaskan bahwa penyebab banjir tidak hanya karena curah hujan tinggi, tetapi juga kiriman air dari daerah lain yang memperparah kondisi sungai di Waru. Debit air yang terus meningkat akhirnya meluap ke permukiman warga.
“Intensitas hujan di wilayah kami terlalu tinggi. Namun, aliran air dari hulu yang masuk ke tiga sungai ini menyebabkan debitnya meningkat dan akhirnya meluber ke permukiman,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan BPBD Sidoarjo dan pemerintah desa setempat untuk mengatasi banjir ini. Warga diimbau tetap waspada karena genangan di beberapa titik masih cukup tinggi. (*)