KabarBaik.co – Di lorong-lorong Kelurahan auman, Kecamatan Gresik, aroma kreativitas tak kalah kuat dari aroma batik yang baru disetrika. Di sana, tangan-tangan ibu-ibu kader PKK menenun cerita baru. Sisa-sisa kain perca yang dulunya hanya bertumpuk di sudut konveksi kini menjelma menjadi Batik Leles—karya yang memadukan nilai seni, kepedulian lingkungan, dan ketekunan rumah tangga.
Aminatus Solicha, 49 tahun, Ketua UMKM Batik Leles, masih ingat betul ketika ide ini muncul. Gunungan sisa konveksi, potongan batik kecil yang tersingkir dari proses jahit-menjahit menyisakan tanya.
“Sisa-sisa batik kita sambung-sambung. Nama dari leles sendiri itu kan sisa kain perca dari para penjahit,” tuturnya. Dari situ, lahirlah gagasan sederhana namun penuh daya hidup yaitu menjadikan sisa sebagai sumber rezeki.
Bank Sampah yang dikelola kader PKK menjadi muara potongan kain tak terpakai. Dari situlah kreativitas dipacu. Awalnya, ibu-ibu hanya membuat kerajinan kecilseperti tas, taplak meja, hingga jampel – produk yang lahir dari semangat bahwa tak ada yang sia-sia. Dengan bantuan mesin jahit, potongan kain disusun seperti mozaik, menjelma pola yang tak kalah menarik dari batik baru.
Sentuhan tangan mereka tak hanya menyulap perca menjadi pakaian batik. Hasil kerajinan itu mulai dilirik pejabat kecamatan dan bahkan mengantarkan batik leles meraih juara pertama lomba karya. “Alhamdulillah awal yang bagus mendapat apresiasi positif dari Kecamatan,” ujar Solicha.
Kini, setiap hari Solicha dan timnya bisa memproduksi satu pakaian batik, sementara produk lebih kecil seperti tas bisa mencapai 12 biji. Harganya pun ramah kantong. Dari jampel dan taplak meja seharga Rp 5 ribu, hingga pakaian batik yang dibanderol Rp 80 ribu sampai Rp 125 ribu, setiap karya seolah menjadi simbol bahwa keberlanjutan dan nilai estetika bisa berjalan beriringan.
Harapan Solicha sederhana namun penuh makna, dukungan agar kerajinan batik leles terus berkembang, menjadi karya kebanggaan warga sekaligus penopang penghasilan rumah tangga. “Sekarang kita kendalanya bahan dasar kain perca yang kekurangan,” pungkasnya.
Batik leles dari Peauman bukan sekadar pakaian atau tas. Ia adalah bukti bahwa kreativitas bisa lahir dari sisa, bahwa nilai tambah bisa tercipta dari yang dianggap tak berharga. Sebuah simfoni kecil tentang bagaimana kepedulian lingkungan dan ekonomi rumah tangga berkelindan menjadi satu pola indah sama seperti potongan kain perca yang bersatu membentuk batik leles.(*)