Bedah Buku Mencari Indonesia 5 Karya Riwanto Tirtosudarmo Soroti Ketimpangan Sosial

oleh -98 Dilihat
WhatsApp Image 2025 09 15 at 7.51.49 AM
Forum diskusi bedah buku karya Dr. Riwanto Tirtosudarmo (Teguh Setiawan)

KabarBaik.co – Kedai Omah Cukil Coffee di Kecamatan Bareng, Jombang, biasanya ramai dengan obrolan santai anak muda. Namun, kali ini suasana di sana berubah menjadi ruang intelektual penuh gagasan kritis.

Sejumlah individu dari berbagai latar belakang berkumpul dalam forum bedah buku Mencari Indonesia 5: Ketimpangan, Ketidakadilan, dan Masyarakat Pinggiran karya Dr. Riwanto Tirtosudarmo.

Acara itu terasa istimewa karena menghadirkan langsung penulisnya. Riwanto, peneliti senior yang dikenal tajam membaca realitas sosial-politik Indonesia, memaparkan isi bukunya yang menyoroti jurang ketimpangan dan marjinalisasi masyarakat.

“Indonesia masih dalam proses pencarian. Kita sering terjebak pada angka-angka pertumbuhan ekonomi, tetapi lupa siapa yang sebenarnya menikmati hasilnya. Sebuah bangsa tidak bisa disebut adil jika sebagian warganya terus dipinggirkan dari akses keadilan dan kesejahteraan,” tegas Riwanto.

Ia menekankan, buku ini bukan jawaban final, melainkan undangan untuk berpikir kritis.

“Kita harus berani menantang narasi pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir elite. Suara pinggiran adalah wajah Indonesia yang tidak boleh diabaikan,” tambahnya.

Diskusi semakin hidup ketika peserta mengaitkan isi buku dengan realitas di Jombang. Dedi, salah seorang peserta, menilai pembahasan ini membuka matanya.

“Di desa-desa Jombang, lapangan kerja nyaris tidak tersedia. Banyak anak muda akhirnya menjadi buruh migran dengan risiko besar terhadap keselamatan mereka. Ini bukan pilihan, tapi keterpaksaan akibat ketidakadilan struktural,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Hermawan, seorang buruh swasta di Jombang. Ia menilai para buruh tidak berani menyuarakan keresahan mereka karena takut terkena PHK.

“Sekarang para buruh tidak memiliki keberanian untuk mengungkap keresahan kepada pemimpin. Di sisi lain mereka masih membutuhkan uang. Secara keseluruhan, perusahaan besar dimiliki oleh orang luar Jombang,” katanya Senin (15/9).

Sementara itu, peserta lain menyoroti masih banyak perempuan bekerja di pabrik dengan upah rendah dan tanpa jaminan. Kondisi itu menunjukkan ketimpangan sosial yang nyata sebagaimana digambarkan dalam buku Riwanto.

Donny, salah satu pengulas dalam acara, menekankan pentingnya peran ilmu sosial humaniora. Menurutnya, pendidikan adalah kunci untuk mencari dan menemukan Indonesia.

“Mengutip Sabrang Mowo Damar Panuluh, kita saat ini sedang kehilangan sensitivitas. Hilangnya kepekaan untuk merespons gejala sosial membuat bangsa ini semakin rapuh,” ungkapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Teguh Setiawan
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.