Berkat Sumur Raksasa, Petani Alasrejo Banyuwangi Tak Takut Berproduksi Meski Musim Kering Melanda

oleh -290 Dilihat
IMG 20250418 WA0048
Petani saat mengoperasikan sumur raksasa.

KabarBaik.co – Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi dikenal dengan daerah yang tandus. Di musim kemarau kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo ini bahkan rawan kekeringan.

Namun fenomena kekeringan tidak dirasakan oleh warga petani di Desa Alasrejo, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi.

Mereka memiliki sistem pengairan tak kenal musim yang memungkinkan petani tetap bisa berproduksi meski kemarau melanda.

Petani setempat tidak bergantung air dari sungai. Mereka mendapatkan air pertanian dari sumur gali raksasa yang usianya diperkirkan sudah puluhan tahun.

Bila di daerah lain sumur umumnya hanya berdiameter satu meter, di Desa Alasrejo, sumur yang dibuat diameternya mencapai 3 meter. Kedalamannya pun bisa mencapai 20-25 meter.

“Sumur ini dibuat untuk mengairi lahan pertanian. Bahkan di musim kemarau airnya tetap melimpah. Satu sumur biasa digunakan untuk mengairi 1-2 hektar lahan,” kata salah seorang petani, Alvin Putra Armanda, Jumat (18/4).

Masing-masing sumur usianya beragam. Di lahan Alvin sumurnya sudah ada sejak tahun 1990-an. Airnya bahkan masih mengalir hingga kini dan tidak pernah kering.

Dijelaskan bila setiap satu hektar lahan pasti ada satu sumur. Untuk mendapatkan air, petani menyedotnya menggunakan mesin diesel.

Meski dari atas diameternya mencapai 3 meter, diameter sumur ini sejatinya semakin menyempit saat lubang semakin dalam. Hal ini bertujuan untuk penempatan pompa diesel sebagai media untuk penyedotan air.

Diesel biasanya ditempatkan di kedalaman 15-10 meter. Air lalu di sedot dan disalurkan ke atas lewat pipa berdiamter 2 dim. Air lalu ditempatkan di penampungan sebelum didistribusikan ke lahan pertanian.

Menariknya untuk menghidupkan diesel petani mesti turun ke dasar lewat tangga besi yang dipasang sebelumnya. Sementara saat mematikan petani tak payah turun, karena mesin dimatikan dari atas sumur.

Alvin menyebut untuk penggunaan air tergantung jenis tanaman serta musim. Untuk tanaman jagung dan cabai rawit di musim kemarau misalnya, petani menyedot air selama 3-4 hari.

Diesel akan menyala mulai pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB dan mati sebelum magrib atau sekitar pukul 17.00 WIB. Prosesnya itu diulang selama 4 hari berturut. Dan itu dilalukan setiap pekannya.

“Tapi kalau musim hujan, penggunaan air sumur biasanya ada jeda lebih lama,” terangnya.

Untuk perawatan, petani biasanya akan menguras sumur 3-4 tahun sekali. Pengurasan ini bertujuan untuk membersihkan sedimentasi supaya tidak dangkal dan air tetap deras mengalir.

Pembersihan ini juga bukan tanpa resiko, di kedalaman itu sudah pasti engap karena minim oksigen. Selain itu tak jarang petani menjumpai hewan-hewan buas seperti ular atau bahkan nyaris pingsan karena kekurangan oksigen.

“Pernah suatu waktu ada petani yang tergigit ular saat perawatan sumur. Beruntung tapi masih selamat. Tapi ya begitulah resiko sebab ya dari sumur ini kami mendapatkan air,” tegasnya.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Ikhwan
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.