Bertani- Kali pertama dalam sejarah sejak 1969, cadangan beras pemerintah (CBP) Indonesia menembus angka 4 juta ton. Ini rekor tertinggi dalam 56 tahun terakhir. Capaian monumental tersebut dinilai sebagai bukti nyata ketahanan pangan nasional yang semakin kokoh, sekaligus menegaskan kesiapan Indonesia untuk tampil sebagai kekuatan baru dalam sistem pangan global.
Tak berhenti di situ, Badan Pangan Nasional (Bapanas) bergerak cepat. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa pemerintah akan menugaskan Perum Bulog untuk menambah penyerapan beras sebesar 1 juta ton lagi hingga akhir 2025, guna memperkuat cadangan dan mempercepat perputaran stok.
“Tambahan ini akan meningkatkan total target serapan beras menjadi 4 juta ton dari sebelumnya 3 juta ton,” ujar Arief saat meninjau Gudang Bulog Meger, Klaten, Minggu (20/7).
“Ini juga untuk memastikan harga gabah petani tetap stabil di kisaran Rp 6.500/kg dan menjaga stok CBP tetap dinamis.”
Penyerapan tambahan tersebut juga menjadi bagian dari penguatan fungsi cadangan beras di tengah kondisi global yang tidak menentu—mulai dari perubahan iklim, krisis geopolitik, hingga gangguan rantai pasok.
Saat ini, pemerintah tengah menyalurkan lebih dari 1,6 juta ton beras ke masyarakat melalui dua program utama: bantuan pangan (360 ribu ton) dan stabilisasi pasokan serta harga pangan (SPHP) sebesar 1,3 juta ton. Tambahan penyerapan 1 juta ton akan menjaga rotasi stok tetap lancar.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menilai capaian ini sebagai refleksi dari keberhasilan kebijakan strategis Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat sektor pertanian, seperti peningkatan kuota pupuk subsidi hingga dua kali lipat, reformasi sistem distribusi pupuk yang lebih tepat sasaran, penetapan harga dasar gabah Rp 6.500/kg yang memberi kepastian bagi petani
“Dengan pencapaian ini, Indonesia tidak hanya tangguh di dalam negeri, tetapi juga siap mengambil peran lebih besar dalam sistem pangan dunia,” tegas Andi.
Langkah presitisius ini menandai babak baru ketahanan pangan Indonesia, yang tak hanya mengejar swasembada, tapi juga ingin berkontribusi pada kestabilan pangan global di tengah ketidakpastian dunia. (*)