Bertani- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga rata-rata beras mengalami kenaika. Mulai di tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran. Harga beras di tingkat eceran bahkan mencapai Rp14.668 per kilogram (kg) pada Januari 2025.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, harga beras di tingkat penggilingan, grosir, dan eceran meningkat secara bulanan (month to month/mtm) dan secara tahunan (year on year/yoy). “Rata-rata harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras yang mencakup jenis beras dan mencakup seluruh wilayah di Indonesia,” kata Amalia dalam konferensi pers pada Senin (3/2).
Menurut Amalia, BPS menunjukkan bahwa harga beras di penggilingan pada Januari 2025 naik sebesar 0,92 persen secara bulanan. Namun, jika dibandingkan dengan Januari 2024, harga ini justru mengalami penurunan 4,30 persen secara tahunan.
Sementara itu, inflasi harga beras di tingkat grosir dan eceran juga menunjukkan kenaikan. Pada Januari 2025, harga beras di tingkat grosir naik 0,56 persen secara bulanan dan meningkat 1,11 persen secara tahunan. Sedangkan di tingkat eceran, harga beras mengalami kenaikan 0,36 persen secara bulanan dan 2,29 persen secara tahunan.
Berdasarkan data perkembangan harga beras dari BPS, harga rata-rata beras di tingkat penggilingan mencapai Rp 12.796 per kg, di tingkat grosir Rp 13.561 per kg, dan di tingkat eceran menembus Rp 14.668 per kg pada Januari 2025.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan, produksi padi pada periode Januari-Maret 2025 mengalami kenaikan signifikan hingga 50 persen. Kenaikan produksi ini disebut berdampak langsung terhadap penurunan harga beras di pasaran. Amran mengklaim harganya kini berada di angka Rp 12.000 per kg.
Amran menegaskan, kondisi di lapangan menunjukkan penurunan harga gabah di berbagai daerah. “Fakta lapangan hari ini, 70 persen provinsi seluruh Indonesia, harga gabah di bawah HPP, Rp 6.500 yang telah ditetapkan oleh Bapak Presiden. Itu menunjukkan linier antara yang diumumkan oleh BPS, dan fakta yang terjadi sekarang, bahwa produksi naik, harga turun. Ini kita akan bahas sebentar,” terangnya.
Menurut Amran, penurunan harga gabah ini berbanding lurus dengan harga beras di pasaran, yang kini lebih rendah dibanding awal tahun sebelumnya.
“Di Januari, Februari tahun 2024, masih ingat, itu bahkan antre membeli beras dan dijatah waktu itu, harga rata-rata Rp 15.000 lebih, sekarang Rp 12.000 lebih. Jadi sudah dua fakta lapangan menunjukkan bahwa linier angka BPS yang diberikan. Insya Allah ke depan kita kolaborasi, kita lakukan yang terbaik,” ujarnya. (*)