KabarBaik.co – Di tengah derasnya pemberitaan tentang perundungan di sekolah, sekelompok siswa SMK PGRI 1 Kediri justru menghadirkan secercah harapan lewat aksi kecil yang penuh makna.
Video yang viral di media sosial sejak Jumat (1/8) ini memperlihatkan sejumlah siswa berseragam pramuka mendatangi salah satu teman mereka saat jam istirahat, dengan membawa sebuah bingkisan. Dengan senyum dan kata-kata penuh persaudaraan, mereka menyerahkan sepatu baru kepada temannya yang duduk di bangku sekolah.
“Ini sepatu untukmu. Kita ini semua bersaudara,” ucap salah satu siswa dalam video seperti yang dilihat KabarBaik.co, Senin (4/8)
Anak penerima sepatu terkejut dan menolak dengan ragu. Namun akhirnya dia tak kuasa menahan air mata. Dukungan tulus dari teman-temannya mencairkan perasaannya, menghadirkan momen haru yang tak hanya menyentuh hati, tapi juga menjadi pengingat bahwa empati di kalangan remaja masih sangat kuat.
Ibnu Faris, Wakil Ketua Kelas yang terlibat dalam aksi ini, menjelaskan bahwa ide tersebut muncul setelah mereka mengetahui bahwa Enggar, teman sekelas mereka itu berasal dari keluarga yang kurang mampu. Meski demikian, anak tersebut dikenal periang dan sering menghibur teman-temannya di kelas.
“Memang itu kebetulan ide saya. Murni dari empati saya dan teman-teman sekelas, karena kan Enggar ini anaknya humoris dan kita juga baru kenal setengah bulan karena kita kan siswa baru nih. Rumah teman saya enggar itu di Kecamatan Banyakan. Anaknya tinggal di rumah sama ayah dan kakeknya. Mohon maaf ibunya sudah meninggal jadi dia anak piatu. Sehari-hari memang dia kadang jualan tempe goreng,” ujar Ibnu.
Faris kemudian mengajak teman-temannya iuran. Tak banyak, hanya RP 5 ribu per anak. Namun jumlah total uang itu lebih dari cukup untuk membelikan Enggar sepasang sepatu. Bahkan uang itu berlebih.
“Jadi waktu itu cerita singkatnya saya berinisiatif mengajak teman-teman satu kelas untuk iuran Rp 5 ribu per anak untuk membelikan sepatu Enggar, karena dilihat memang sudah lusuh. Sebetulnya dari sekolah juga ada dapat sepatu dan peralatan lainnya sampai topi. Cuma karena kita kan siswa baru belum ada satu bulan masuk jadi belum dapat,” kata Faris.
“Nah waktu itu anak-anak satu kelas jumlahnya 39 anak. Alhamdulillah semua kompak mau untuk diajak iuran lalu dibelikan sepatu untuk teman saya Enggar. Dan uangnya masih sisa kita berikan untuk dia modal usaha jualan tempe. Rencananya di ual di sekolah namun masih wacana. Selasa minggu lalu inisiatif iuran nya muncul, lalu beberapa perwakilan anak anak kumpul untuk membahas setelah itu perwakilan dua anak membelikan sepatunya ke toko dengan saya sendiri ikut. Setelah itu Jumat nya kita berikan ke Anaknya, tanpa disadari saya iseng posting video di sosmed, lalu viral lah itu. Sebagaimana yang ada di video kan Memakai baju pramuka, memang itu pada hari Jumat,” lanut Faris.
Sementara itu, Waka Humas SMK PGRI 1 Dwi Okrin Riyanto mengatakan memang pemberian sepatu ke Enggar adalah ide dari Faris. Dwi juga mengklarifikasi ujaran di luar soal tudingan sekolah tidak peduli pada siswa yang kurang mampu.
“Sempat setelah viral kemarin beberapa komen di sosial media mengatakan stigma negatif kepada sekolah kita terkesan kok seolah-olah tidak mengurusi anak yang kiranya kurang mampu, kita memang dari pihak sekolah menyediakan peralatan-peralatan mulai dari topi sampai sepatu namun memang belum di data siapa-siapa yang dapat karena mereka memang anak baru belum satu bulan masuk,” kata Dwi.
“Nah dengan stigma negatif yang diberikan ke sekolah kita melalui komen komen itu, si Faris ini membela karena kenyataan nya memang tidak seperti itu, beberapa pegiat media sosial ketika menghubungi dia, langsung diarahkan ke Humas sekolah,” tandas Dwi.
Aksi tulus ini menuai banyak pujian dari warganet. Banyak netizen berkomentar positif tentang hal ini.
“Masya Allah, Kediri iseh akeh wong apik (masih banyak orang baik) ini baru contoh anak-anak baik dan hebat yang saling bantu, bukan malah membully teman yang tak mampu, calon sukses kabeh leee” tulis salah satu komentar netizen di Instagram.
Kisah para siswa SMK PGRI 1 Kediri ini menjadi angin segar di tengah maraknya isu kekerasan verbal dan perundungan di lingkungan pendidikan. Mereka menunjukkan bahwa solidaritas, empati, dan kebaikan tidak memerlukan panggung besar—cukup dengan kepekaan dan hati yang peduli.
Kita semua bersaudara. Dan di tangan generasi seperti merekalah, masa depan dunia pendidikan bisa tetap hangat, aman, dan penuh harapan. (*)