KabarBaik.co – Batu International Sport Tourism Festival (BISTF) Paragliding Accuracy League 2024 yang digelar Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu disambut antusias. Bahkan mendatangkan rejeki tersendiri bagi anak-anak sekitar landing paralayang lapangan Songgomaruto, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu.
Melipat parasut paralayang memang tidak mudah dan butuh keterampilan. Jika tali putus atau parasut yang berbahan tipis sobek, maka akan mengancam keselamatan atlet saat berada di udara. Meski begitu, anak-anak tetap antusias dengan belajar melipat, sehingga kehadiran mereka dibutuhkan.
Itulah yang dirasakan salah seorang anak, Dika, 10. Sejak kedatangan para atlet pada even BISTF Paragliding Accuracy League 2024, dia mendapatkan penghasilan dari melipat parasut paralayang. “Beberapa hari ini saya mendapatkan hasil Rp15 ribu dari hasil melipat parasut paralayang,” kata Dika saat berada di Lapangan Songgomaruto, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Rabu (3/6).
Menurut Dika, penghasilan tersebut diperolehnya ketika salah seorang atlet langsung memesan. “Ya, saya langsung disuruh seorang atlet untuk melipat dari banyaknya teman saya. Tetapi ini secara bergiliran. Jadi, tidak saya saja,” ujarnya sambil melipat parasut.
Dika mengungkapkan, dia tidak sendirian saat melipat parasut. Melainkan dibantu teman-temannya di lapangan. “Di sini ada sekitar sepuluh teman-teman saya seumuran. Kami saling membantu melipat parasut. Dan masing-masing teman saya juga mendapatkan penghasilan. Kalau atlet atau tamu yang paralayang menyuruh bagi penghasilan ya saya bagi. Tapi kalau tidak ya saya masukkan saku,” jelasnya sambil tertawa.
Dika mengakui melipat parasut paralayang sebenarnya tidak mudah. Dia pun belajar secara otodidak karena sering melihat orang lain melipta parasut. “Bagaimana cara melipat parasut ini, saya hanya melihat saja. Jadi, tidak ada yang mengajari. Dan bersyukur mendapatkan hasil. Ini untuk saya tabung dan beli jajan,” kata Dika.
Di tempat yang sama, Rohman, 35, mengatakan, anak-anak yang melipat parasut merupakan warga di sekitar Lapangan Songgomaruto. “Anak-anak ini dari kecil sudah pandai bagaimana cara melipat parasut,” tuturnya. Berbekal pengalaman sejak kecil itulah seorang atlet terbang paralayang mengajak mereka melipat parasut.
“Ya, hasilnya memang banyak atlet paralayang Kota Batu yang otodidak. Yang berasal dari kampung juara Songgokerto di sini. Karena langsung dilatih atlet untuk terbang paralayang. Dan ternyata sekarang menjadi atlet paralayang,” jelasnya. (*)