BMKG Ungkap Fakta Tak Terduga di Balik Hujan Bulan Juni

oleh -381 Dilihat
IMG 20250513 WA0002
Meski sudah memasuki bulan Juni dan segera berganti ke Juli, namun hujan masih sering mengguyur beberpa wilayah.

KabarBaik.co- Secara klimatologis, musim kemarau di Indonesia biasanya berlangsung mulai Mei hingga Oktober. Puncaknya sekitar Juli hingga Agustus. Namun, kenyataannya, hujan masih kerap turun di berbagai wilayah. Termasuk di Jawa Timur. Dari pagi mendung, menjelang siang gerimis, hingga sore hujan deras, dan seterusnya.

Fenomena ini membuat banyak orang bertanya-tanya. Kemarau macam apa ini? Menurut data resmi BMKG, per 21 Juni 2025, baru sekitar 19 persen wilayah di Indonesia yang benar-benar memasuki musim kemarau. Sisanya, masih dibalut sisa-sisa musim hujan. Bahkan, di Jawa Timur, curah hujan pada Juni ini tercatat masih cukup tinggi, dengan beberapa titik mencatat lebih dari 100 mm hanya dalam sehari.

Di Kota Surabaya dan sekitarnya, misalnya. Hujan deras beberapa kali mengguyur pada Juni ini dengan intensitas ekstrem. Ini sesuatu yang tidak biasa di bulan yang biasanya panas dan kering.

Apa penyebabnya? Para ahli menyebut, ini sebagai gejala dari kemarau basah. Yakni, sebuah kondisi ketika seharusnya tidak ada hujan, tapi langit tetap membawa awan gelap karena pengaruh atmosfer dan laut yang tidak stabil. Beberapa gangguan besar seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby, sebuah fenomena global yang sedang aktif dan memicu terbentuknya awan hujan konvektif di berbagai wilayah.

Kondisi tesebut diperparah oleh suhu muka laut yang masih cukup hangat di sekitar Indonesia. Dengan demikian, proses penguapan dan pembentukan awan hujan tetap berjalan, walaupun secara klimatologis sudah waktunya kering.

Hujan yang tak kunjung berhenti ini berdampak pada berbagai sektor. Di antaranya, para petani di dataran tinggi mengeluhkan tanaman mereka yang membusuk karena terlalu banyak air. Di beberapa kota, genangan dan banjir lokal kembali muncul, membuat masyarakat harus tetap siaga meski kalender sudah berganti musim. Bahkan acara-acara luar ruangan harus terus waspada, karena hujan bisa datang tiba-tiba disertai petir dan angin kencang.

Situasi ini membuat banyak pihak harus beradaptasi. BMKG menganjurkan masyarakat memantau prakiraan cuaca harian, terutama melalui aplikasi InfoBMKG dan media sosial resmi. Bagi para petani, pengelolaan drainase menjadi prioritas utama agar tanaman tidak rusak. Sementara itu, pemerintah daerah diminta tetap siap dengan peringatan dini bencana hidrometeorologi, terutama banjir dan longsor di daerah-daerah rawan.

Fenomena hujan di musim kemarau bukan sesuatu yang benar-benar baru. Namun skalanya kali ini cukup signifikan. Ini sekaligus menjadi pengingat bahwa perubahan iklim bukan isu global yang jauh dari sekitar kita. Tapi, sesuatu yang terasa langsung di halaman rumah sendiri. Langit yang tak menentu ini adalah bagian dari tantangan baru yang harus dipahami, antisipasi, dan hadapi. (*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.