KabarBaik.co – Kemandirian Indonesia dalam memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) semakin nyata. Bom BNT250, bom tajam berstandar NATO hasil produksi industri dalam negeri, resmi dinyatakan lolos uji sertifikasi dan siap digunakan dalam operasional TNI Angkatan Udara (TNI AU).
Bom berbobot 250 kilogram itu diuji coba di Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur. Uji coba melibatkan pesawat F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun dengan test pilot Letkol (Pnb) Anwar “Weasel” Sovie dan Mayor (Pnb) Windi “Lion” Darmawan.
Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal
Pertama TNI Muchtadi Anjar Legowo, M.S., M.Han., menyampaikan bahwa uji coba dilakukan untuk memastikan kelaikan teknis dan akurasi bom sebelum masuk ke arsenal persenjataan TNI AU.
“Kami menguji fungsi, integrasi, dan akurasi bom BNT250 pada pesawat tempur F-16 sebagai dasar pemanfaatan operasional,” jelasnya.
Dalam uji coba, dilakukan pengeboman menggunakan dua metode, yaitu continuously computed impact point (CCIP) dan continuously computed release point (CCRP).
Wakil Presiden Direktur PT Sari Bahari, Putra Prathama Nugraha, S.Psi., M.Si. (Han) menyebutkan 10 bom dilepaskan dengan metode CCIP atau pengeboman real-time yang ditampilkan pada HUD (head unit display), sementara dua bom lainnya diuji melalui metode CCRP yang sistem pelepasannya dikendalikan komputer.
“Semua bom dilepas dari ketinggian 1.800 hingga 10.000 kaki dan jatuh dengan deviasi kurang dari 30 meter. Ini membuktikan kualitas produk dalam negeri kini mampu bersaing,” tegas Putra di Malang, Minggu (23/11).
Keberhasilan tersebut memberi kebanggaan tersendiri bagi industri pertahanan nasional, karena selama ini bom latih berstandar NATO harus diimpor dari Amerika Serikat maupun Eropa.
Bom BNT250 dikembangkan bersama oleh PT Sari Bahari sebagai manufaktur utama dan PT Dahana sebagai pengembang bahan peledak, dengan pengawasan ketat dari DislitbangAU. Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) bom ini telah mencapai lebih dari 70 persen.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana, Yusep Nugraha Rubani, menegaskan keberhasilan ini menjadi bukti nyata kemandirian bangsa dalam teknologi pertahanan.
“Sinergi antara industri strategis dan TNI AU menjadi kunci lahirnya produk berstandar militer yang mendukung kedaulatan negara,” ujarnya.
BNT250 memiliki berat total 250–270 kilogram, panjang 2.300 milimeter, dan diameter 273 milimeter. Spesifikasi tersebut setara dengan bom yang digunakan oleh angkatan udara negara besar seperti Amerika Serikat, Eropa, hingga Rusia.
Tak hanya siap memperkuat pertahanan udara nasional, BNT250 juga mulai diminati negara lain di kawasan.
“Setelah Vietnam berminat dengan bom P100 Series, kini ada pihak yang juga menyatakan ketertarikan terhadap BNT250. Ini menjadi bukti bahwa produk Indonesia mampu bersaing di pasar global,” tambah Putra.
PT Sari Bahari, yang merupakan anggota Pinhantanas, saat ini memproduksi berbagai jenis bom latih dan bom tajam untuk pesawat berstandar NATO maupun Rusia. Perusahaan itu juga tengah mengembangkan smart bomb B250ST yang dapat meluncur hingga 70 kilometer menuju target. Pada 2023, perusahaan asal Malang ini bahkan telah mengekspor ratusan bom P100 Series ke Vietnam.








