KabarBaik.co – Sudah satu pekan berlalu tragedi kematian tragis Putri Apriyani, 21. Namun, jajaran Polres Indramayu, Jawa Barat, belum juga berhasil meringkus Alvian Maulana Sinaga. Polisi asal Medan, Sumatera Utara (Sumut), itu merupakan tersangka utama kasus pembunuhan sadistis yang menjadi atensi publik tersebut.
Alvian adalah anggota Korps Bhayangkara berpangkat Bripda (Brigadir Polisi Dua). Di jenjang Polri, Bripda merupakan pangkat paling rendah setelah lulus pendidikan. Bripda setingkat dengan prajurit TNI berpangkat tamtama muda. Seorang Bripda biasanya bertugas di lapangan sebagai pelaksana teknis, baik di unit lalu lintas, reskrim, sabhara, maupun fungsi kepolisian lainnya.
Alvian berdinas di Polres Indramayu. Berdasarkan peraturan pemerintah, gaji pokok seorang Bripda berkisar Rp2,1 juta – Rp2,7 juta per bulan. Angka itu belum termasuk tunjangan. Besar gaji pokok juga bergantung pada masa kerja golongan. Meski tergolong kecil, anggota Polri biasanya juga mendapat tunjangan kinerja dan sejumlah fasilitas lain dari negara.
Seleksi untuk menjadi Bripda cukup ketat. Calon anggota harus mendaftar melalui jalur Bintara Polri, mengikuti serangkaian tes akademik, psikologi, kesehatan, hingga tes kesamaptaan jasmani. Setelah lolos, mereka menjalani pendidikan dasar kepolisian sekitar 5–7 bulan di Sekolah Polisi Negara (SPN). Lulusan pendidikan inilah yang kemudian dilantik dengan pangkat Bripda, sebelum ditempatkan di satuan masing-masing.
Kini, pangkat dan status sebagai seorang anggota Polri yang seharusnya menjadi kebanggaan justru berubah menjadi catatan kelam bagi Alvian. Dia sudah dipecat secara tidak hormat dan resmi masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) setelah diduga kuat membunuh Putri Apriyani, pacarnya sendiri.
Foto-foto Bripda Alvian kini banyak menghiasi media sosial dengan status buron atau wanted. Banyak warganet yang mempertanyakan mengapa sampai seminggu Polri tidak juga berhasil menangkapnya. “Apakah karena dia seorang polisi? Kalau masyarakat biasa saja, biasanya 1×24 jam sudah ketangkap,” demikian banyak komentar warganet.
Beredar kabar di media sosial, Bripda Alvian juga disebut-sebut memiliki keluarga anggota kepolisian. Namun, kepastiannya tentu menunggu penjelasan dari pihak berwenang. Sebelum jejaknya misterius, Alvian sempat terlacak di wilayah Cirebon.
Yang pasti, Putri Apriyani ditemukan tewas di tempat kosnya di Singajaya, Blok Ceblok, Indramayu, Sabtu (9/8) pagi. Berdasarkan rekaman CCTV, korban terakhir terlihat pada Jumat (8/8) malam bersama Alvian. Keduanya masuk ke kos hingga dini hari. Namun, menjelang subuh, Alvian beberapa kali keluar masuk dengan motornya.
Sabtu sekitar pukul 05.30 WIB, Alvian kembali masuk, lalu dua jam kemudian pergi dengan wajah tergesa. Esok paginya, warga menemukan Putri sudah tak bernyawa dengan tubuh penuh luka bakar. Temuan ini membuat warga sekitar geger.
Kuasa hukum keluarga korban, Toni RM, menyebut ada dugaan motif keuangan di balik peristiwa pembunuhan tersebut. Dari catatan bank, sehari sebelum kejadian, korban mentransfer Rp32 juta ke rekening Alvian. Uang tersebut berasal dari hasil kerja ibu korban yang bekerja sebagai buruh migran di Hong Kong.
“Dana itu rencananya untuk menggadaikan sawah keluarga. Namun sehari sebelum korban meninggal, uang sudah berpindah ke rekening AMS,” ujar Toni.
Selain rekaman CCTV dan bukti transfer, sejumlah barang milik Alvian juga ditemukan di lokasi, termasuk seragam polisi, sepatu, dan ponsel. Keluarga korban berharap polisi segera menangkap pelaku dan memberikan hukuman setimpal. “Hukuman mati,” ungkap keluarga melalui kuasa hukum. (*)