KabarBaik.co – Di bawah terik matahari siang yang mulai condong ke sore, ratusan massa peserta Gerakan 29 September Rakyat Gresik Menggugat terdiam sesaat ketika azan Ashar berkumandang, Senin (29/9).
Usai panggilan salat itu, suara seorang perempuan dari Desa Bungah, Gresik memecah kerumunan. Dia mengadukan nasibnya kepada Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani yang duduk bersila di tengah-tengah massa.
Perempuan berusia 35 tahun itu bercerita bahwa dirinya lulusan pondok pesantren tanpa ijazah formal. Demi mendapat pengakuan pendidikan, ia mengejar Paket C. “Saya mengejar Paket C, dari Desa Abar-abir yang ditandatangani oleh Bapak Sambari,” ujarnya di halaman Kantor Bupati Gresik.
Tak berhenti di sana, ia melanjutkan pendidikan hingga memperoleh gelar S1. “Itu saya S1 sulit, Pak, cari kerja. Makanya kalau saya lihat teman-teman, aku saja yang S1 susah cari kerja, apalagi mereka yang tidak punya ijazah,” keluhnya.
Hasrat untuk bekerja mendorongnya kembali ke bangku kuliah hingga meraih gelar S2. “Waktu lulus S2, umurku sudah 35. Tidak diterima. Ngelamar ngajar pun sudah, saya sudah beberapa kali naruh lamaran,” katanya lirih.
Cerita itu terhenti ketika Bupati Yani menyela dengan meminta CV milik Fatimah. Di hadapan massa, Yani menawarkan pekerjaan mengajar sesuai latar belakang pendidikannya.
“Tadi diceritakan lulusan pondok yang tidak punya ijazah dan pemerintah hadir dengan disekolahkan Paket C. Ini bentuk kehadiran pemerintah daerah. Kemudian masih nggak bisa bekerja lagi, lalu sekolah lagi mbak ini ke S1 sampai S2. Kalau memang tidak bisa dipaksakan, ya mengajar saja. Toh ilmunya ada. Mungkin rezekinya ada di tempat yang berbeda,” tutur Yani.
CV yang dibungkus map cokelat itu pun diserahkan kepada Kepala Disnaker Gresik Zainul Arifin, yang mendampingi bupati mendengar aspirasi warganya. “Alhamdulillah,” sorak menggema dari ratusan massa.
Momen ini menjadi potret paling senyap namun paling kuat dari aksi Rakyat Gresik Menggugat. Ketika kisah seorang sarjana menganggur menjelma simbol keresahan kolektif. Di atas lantai kantor bupati, janji tentang kesempatan kerja yang lebih manusiawi bukan hanya slogan, tetapi diujicobakan secara langsung.(*)