Diduga Baby Blues, Istri Tega Bakar Hidup-hidup Suami Yang Sama-sama Polisi di Mojokerto

Editor: Hardy
oleh -2848 Dilihat
Pasutri Fadhilatun Nikmah dan Rian Dwi Wicaksono (ist)

KabarBaik.co- Kasus seorang istri tega membakar hidup-hidup suami yang sama-sama anggota Polri hingga tewas di Kota Mojokerto, Jawa Timur, mengguncang publik. Beberapa kalangan pun menduga bahwa kasus itu merupakan baby blues syndrome. Yakni, perasaan abnormal yang dialami seorang ibu setelah melahirkan.

Pasangan suami-istri (pasutri) Briptu Fadhilatun Nikmah (FN), 27, dan Briptu Rian Dwi Wicaksono (RDW), 27, memiliki tiga orang anak. Anak pertama berusia 2 tahun. Lalu, belum lama, FN melahirkan anak kembar laki-laki. Kabarnya, FN baru dua pekan masih kerja di Polresta Mojokerto setelah cuti melahirkan itu.

Dilansir dari Antara (1/2/2024), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan, sebanyak 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka ini mencatatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus baby blues tertinggi di Asia.

Baby blues syndrome membuat perempuan merasa lebih emosional dan sensitif, seperti mudah sedih, cemas, marah, dan menangis yang diakibatkan penurunan hormon wanita secara tiba-tiba seusai melahirkan.

Sebelumnya, sejumlah kejadian tragis serupa juga pernah mengemuka. Data yang dihimpun KabarBaik.co, beberapa contohnya adalah seorang ibu berusia 26 tahun asal Kabupaten Rembang, tega membunuh bayinya yang baru berusia 3 minggu dengan cara dicekik. Si ibu bahkan sempat pergi ke kantor polisi dengan membawa jenazah bayinya. Lalu, ia mengakui sebagai pembunuhnya. Tidak lama, si ibu gantung diri. Kejadian itu terjadi pada Mei 2023.

Baca juga:  Anda Pelanggan TransJatim? Catat Perubahan Operasional 9-11 April

Selain itu, pada Maret 2022, seorang ibu di Jember berinisial FN tega membuang bayinya yang berusia satu bulan ke dalam sumur. April 2019, seorang ibu berusia 32 tahun diduga bunuh diri sambil membawa bayinya terjun ke jembatan Sungai Serayu, Cilacap. Keduanya ditemukan sudah tak bernyawa dua hari setelah kejadian. Pada tahun yang sama, seorang ibu di Purwakarta mengubur bayinya hidup-hidup.

Di luar negeri, baby blues juga tidak jarang terjadi. Andrea Yates, warga Texas, AS, misalnya. Ibu berusia 36 tahun itu dituduh menenggelamkan kelima anaknya, satu demi satu, di bak mandi.

Perbedaan Psikosis Pasca Melahirkan dan Depresi Pasca Melahirkan

Dikutip dari New Zealand Herarld, psikosis pasca melahirkan bersifat parah dan mudah dikenali dokter, bidan, perawat, psikiater, dan mungkin keluarga. Biasanya muncul dalam waktu dua minggu setelah melahirkan, dan seringkali mendukung post-baby blues yang “normal”, yang terjadi pada 80 persen wanita sekitar tiga hari setelah anak dilahirkan.

Baca juga:  Aspol Polres Mojokerto Kota Membara, Polwan Bakar Suami hingga Meninggal Dunia

Adapun depresi pasca melahirkan, jauh lebih halus dan berbahaya. Hal ini juga terjadi dalam beberapa minggu setelah kelahiran. Namun, timbulnya lebih bertahap. Dimulai dengan depresi yang jika tidak diobati, dapat berdampak semakin terjadi penurunan.

Pada sejumlah kecil wanita yang mengalami depresi pasca melahirkan, bisa menjadi sangat parah sehingga mereka mengalami gejala psikotik. Ini berbeda dengan psikosis pasca melahirkan.

Lantas apa saja gejalanya? Penderita psikosis pasca melahirkan dapat menderita “halusinasi perintah” ketika wanita tersebut diinstruksikan oleh suara di kepalanya untuk melakukan hal-hal seperti “membunuh bayi” atau delusi bahwa bayi tersebut kerasukan.

Depresi pasca melahirkan lebih tidak kentara dan ditandai dengan gangguan tidur yang tidak berhubungan dengan bangunnya bayi, kehilangan nafsu makan, kecemasan, dan peningkatan sifat mudah marah. Gejala lainnya adalah menangis tanpa alasan dan rasa bersalah karena tidak menjadi ibu yang baik dan tidak mampu mengatasinya.

Baca juga:  5 Rekomendasi Wisata Mojokerto yang Wajib Dikunjungi

Berapa banyak perempuan yang terkena dampaknya? Psikosis pasca melahirkan relatif jarang terjadi, hanya menyerang satu dari 500 wanita. Namun, 10 persen dari seluruh wanita yang melahirkan akan menderita depresi pasca melahirkan pada tingkat tertentu.

Dari 5.000 perempuan yang melahirkan di Pusat Kota Auckland setiap tahunnya, sekitar 450 dirujuk ke Layanan Kesehatan Mental Ibu. Dari jumlah itu, sepertiganya akan membaik dengan sendirinya, sepertiganya akan menjadi lebih baik dengan dukungan dan bantuan psikologis, kemudian sepertiganya memerlukan pengobatan antidepresan secara berkelanjutan.

Penelitian di Inggris menunjukkan, waktu puncak untuk bunuh diri dan pembunuhan bayi (seorang ibu membunuh anaknya) terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran, pada usia dua bulan, atau pada usia lima bulan – terutama ketika seorang ibu baru saja meninggalkan rumah sakit.

Para ahli menyarankan, wanita yang berisiko memerlukan setidaknya lima hari di rumah sakit setelah melahirkan. Biasanya, hanya 24-48 jam atau 2-4 hari. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.