KabarBaik.co – Dinas Pariwisata Kota Batu menggelar Festival Jaranan di arena Sendratari Arjuna Wiwaha, Kelurahan Sisir, Minggu (28/9) malam. Ajang tahunan yang memasuki tahun ketiga ini diikuti 15 peserta dari Malang Raya dan Kota Batu.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Onny Ardianto melalui Kabid Kebudayaan, Sintiche Agustina Pamungkas mengatakan, festival ini merupakan upaya nyata untuk menjaga kelestarian seni jaranan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Jawa Timur.
“Festival ini kami selenggarakan untuk memperlebarikan seni tradisi jaran kepang agar tidak punah. Selain menjadi warisan budaya, jaranan juga dapat disuguhkan kepada wisatawan sebagai daya tarik budaya Kota Batu,” ujarnya di Sendratari Arjuna Wiwaha, Kota Batu.
Festival tahun ini mempertandingkan dua kategori, yakni Jaran Dor dan Jaran Pegon. Untuk kategori Pegon menekankan pada bentuk kreasi dengan narasi dan alur cerita, sementara kategori Dor lebih menonjolkan kekuatan penampilan dengan peserta yang beragam, mulai dari anak muda hingga seniman senior.

Selain lomba, acara juga dimeriahkan penampilan kelompok seni Ginaris dan kelompok seni Bopong dari Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Adapun hadiah yang diperebutkan berupa piala, piagam, dan uang pembinaan. Kategori Pegon menetapkan juara 1, 2, dan 3 dengan hadiah masing-masing Rp 2 juta, Rp 1,5 juta, dan Rp 1 juta. Sedangkan pada kategori Jaran Dor dipilih lima penyaji terbaik.
Festival ini menghadirkan dewan juri dari kalangan seniman dan budayawan, yakni Sugeng Widodo dari Surabaya, Aprillia Nur Cahyani dari Dewan Kesenian Kabupaten Kediri, serta Hermanto, penggiat seni macapat Kota Batu.
“Harapan kami festival jaranan ini terus mendapat dukungan agar bisa dilaksanakan setiap tahun. Dengan begitu, kesenian tradisi ini tetap hidup dan menjadi identitas budaya Kota Batu,” ujar Sintiche.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kota Batu, Sunarto, menyebut kegiatan ini menjadi salah satu upaya pelestarian dan pengembangan seni tradisi yang sudah memasuki tahun ketiga pelaksanaan.

“Festival Jaran Kepang ini adalah wujud peran aktif kami untuk mengarahkan sanggar-sanggar dan kelompok Jaran Kepang agar bisa berpartisipasi. Tahun ini bahkan jangkauannya kami perluas sampai Malang Raya,” jelas Sunarto.
Ia menjelaskan, Jaran Kepang merupakan warisan budaya tak benda milik Jawa Timur yang telah ditetapkan Kementerian Kebudayaan. Karena itu, pelestariannya tidak cukup sebatas pertunjukan, tetapi juga melalui kompetisi guna meningkatkan kapasitas para penari agar bisa berkolaborasi dan diterima masyarakat.
Selain itu, para seniman yang tampil juga dipersiapkan menjadi duta seni Kota Batu di tingkat daerah maupun nasional, sekaligus talent untuk wisata budaya yang dikelola. Saat ini, tercatat ada sekitar 50-60 kelompok Jaran Kepang di bawah binaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu, serta hampir 600 kelompok kesenian tradisional lintas genre.
Selain Festival Jaran Kepang, Kota Batu juga rutin menggelar agenda budaya lain seperti Batu Dance Festival, Batu Culture Festival (Pekan Budaya), hingga sejumlah karnaval budaya. “Potensi seni budaya di Kota Batu sangat besar dan harus terus difasilitasi agar tidak dipandang sebelah mata,” tegas Sunarto. (*)