KabarBaik.co – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Timur menggelar sosialisasi literasi digital di salah satu hotel di Jombang. Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, media, hingga akademisi.
Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Jatim Putut Darmawan menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bertujuan mengajak masyarakat lebih bijak dalam mengolah informasi di ruang digital.
“Terima kasih untuk teman-teman media. Kegiatan kita malam hari ini adalah bagaimana mengajak semua unsur masyarakat menjadi pahlawan di ruang digital. Ruang digital harus dibuat sehat,” ujar Putut, Selasa (18/11).
Menurut Putut, masyarakat saat ini dibanjiri informasi dari berbagai platform. Kondisi tersebut menuntut setiap individu untuk mampu memilah dan memverifikasi kebenaran informasi sebelum menyebarkannya.
“Kita tidak bisa menghalangi arus informasi yang masuk. Tapi bagaimana setelah informasi masuk, kita harus tahu mana yang benar, mana yang hoaks. Ini yang kita edukasikan bersama,” jelasnya.
Putut mencontohkan pentingnya konteks informasi.
“Kadang pemerintah melakukan sesuatu untuk kebaikan, seperti membersihkan got. Tapi kalau masyarakat tidak paham, bisa salah persepsi. Ini pentingnya literasi digital,” tambahnya.
Diskominfo Jatim juga menekankan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Polda Jatim untuk penanganan kejahatan siber serta organisasi media seperti PWI, AJI, dan IJTI dalam upaya verifikasi pemberitaan.
“Kami punya aplikasi cek fakta untuk membantu masyarakat memahami apakah informasi itu konstruktif atau justru memecah belah. Ini bagian dari ikhtiar pemerintah,” ungkap Putut.
Sementara itu, Sumardi, anggota DPRD Jawa Timur, menegaskan pentingnya peran seluruh elemen masyarakat dalam menjaga etika digital. Ia mengapresiasi kolaborasi antara DPRD, akademisi, dan Diskominfo Jatim dalam kegiatan literasi digital tersebut.
“Kami punya komitmen dan visi yang sama terkait literasi digital. Ruang digital semakin masif masuk ke kehidupan masyarakat, sehingga perlu ada rambu-rambu,” kata Sumardi.
Menurut Sumardi, edukasi diperlukan agar masyarakat tidak terlalu euforia dan tetap berada dalam batas etika sehingga tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.
“Kegiatan ini bentuk edukasi dan silaturahmi kami kepada masyarakat. Ada bahaya dan ada yang tidak berbahaya di dunia digital ada yang racun, ada yang madu. Ini yang harus dipahami bersama,” tegasnya. (*)







