KabarBaik.co- Setiap 22 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Beragam kegiatan yang digelar banyak kalangan selalu menyemarakkan peringatan HSN tersebut. PCNU Kota Surabaya, misalnya. Minggi (13/10) pagi, mereka mengadakan Napak Tilas Pejuang dan Ziarah Muassis (Pendiri) Nahdlatul Ulama (NU).
Napak tilas tilas itu terasa semarak. Sebab, mendapat dukungan ratusan peserta bersepeda kuno. Hadir pula Pj Wali Kota Surabaya Hj Restu Novi Widiani, Sekretaris Kota Surabaya H Iksan, bersama Ketua PCNU Kota Surabaya H Masduki Toha, serta sejumlah tokoh lainnya.
Napak tilas itu diawali dengan berziarah di makam KH Ridlwan Abdullah, yaitu di Pemakaman Tembok Surabaya. Selain itu, juga berdoa untuk KH Thohir Bakri dan sejumlah tokoh yang tergabung dalam Laskar Hizbullah serta Laskar Sabilillah yang menjadi pejuang saat pertempuran 10 November 1945.
Napak tilas tersebut diinisiasi tiga MWC NU, Simpler to, Bubutan, dan Semampir. Selain ratusan orang yang bersepeda kuno, tampak pula ibu-ibu Muslimat NU dan warga Nahdliyin Surabaya. “Alhamdulillah, warga NU begitu bersemangat dalam mengikuti kegiatan ini. Semuanya untuk mengambil obor semangat para pejuang dan muassis NU. Beliau-beliau yang telah membuka jalan bagi generasi penerus sekarang ini,” kata Masduki Toha, dalam siaran pers yang diterima KabarBaik.co.
Setelah dari kompleks pesarean Tembok, ziarah dilanjutkan ke kompleks Masjid Agung Sunan Ampel, tempat makam H. Hasan Gipo, president Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) atau Ketua Umum PBNU pertama pada berdiri NU pada 31 Januari 1926. Lalu, juga ke makam KH Mas Alwi bin Abdul Aziz, pencetus nama NU di Pemakaman Rangkah, berdekatan dengan makam WR Soepratman, pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Kemudian, berziarah ke muassis NU lainnya, yaitu ke makam KH Ahmad Dahlan Akhyad Kebondalem di Pemakaman Pegirian. Kiai Dahlan Akhyad merupakan salah seorang tokoh yang aktif menggerakkan Tashwirul Afkar (Tanki Pemikiran) dan Wakil Rais yang mendampingi Rais Akbar NU Hadlratusyaikh KH M. Hasyim Asy’ari.
Kegiatan berakhir di Monumen Resolusi Jihad NU atau kantor PCNU Kota Surabaya, Jalan Bubutan VI/2 sekitar pukul 11.00 WIB. Lokasi itu juga merupakan kantor PBNU pertama pada masa perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, yang sempat diselingi perpindahan kantor PBNU di Pasuruan dan Madiun.
Di Monumen Resolusi Jihad NU, diadakan orasi kebangsaan yang disampaikan sejarawan NU Riadi Ngasinan. Penulis buku “Resolusi Jihad NU, Perang Sabil di Surabaya Tahun 1945” itu mengungkapkan, relasi Fatwa Jihad Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari, yang menjadi pijakan Resolusi Jihad NU, dan berkobarnya Pertempuran 10 November 1945.
“Setiap mengawali pidato dengan basmalah dan mengakhiri dengan takbir 3 kali, pidato Bung Tomo tak lepas dari ijazah doa dari para ulama pejuang kemerdekaan kita,” tuturnya.
Selain Napak Tilas Pejuang dan Ziarah Muassis NU, kegiatan menyemarakkan HSN 2024, PCNU Kota Surabaya menggelar drama kolosal Resolusi Jihad NU di Tugu Pahlawan. Ada juga Istighotsah dan Doa Bersama untuk para syuhada, para mujahid, perang kemerdekaan Indonesia.
“Alhamdulillah, kami mendapat dukungan sepenuhnya baik dari Pemkot Surabaya, PBNU, dan PWNU Jatim. Belum lagi kegiatan yang diadakan badan otonom PCNU dan lembaga-lembaga di lingkungan PCNU Surabaya, memberikan semangat akan kehadiran NU di kota Pahlawan. Kota kelahiran NU,” tambah Masduki Toha yang didampingi sekretaris panitia H Moch. Saiful Bachri. (*)






