KabarBaik.co- Dari Tanah Suci Mekkah, doa dan penghormatan juga mengalir untuk para santriyang wafat dalam musibah runtuhnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Buduran, Sidoarjo. Ikatan Santri Alumni Al Khoziny (Is-Aluny) di Arab Saudi melaksanakan badal umrah sebagai bentuk kepedulian, doa, dan penghormatan terakhir bagi para santri korban.
Tak hanya para alumni, kegiatan ini juga diikuti langsung oleh Gus Ahmad Fatoni, putra Pengasuh Ponpes Al Khoziny, KH Abdul Mu’id, yang saat ini menimba ilmu di Makkah.
’’Alhamdulillah, hingga saat ini sudah ada 26 data santri yang telah mendapatkan restu dari orang tua mereka. Dari jumlah itu, 16 santri telah dilaksanakan badal umrah,” ujar Maftuhin, alumni Al Khoziny, dalam percakapan daring dengan Tim Satgas Al Khoziny di Posko RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, Senin (6/10).
Menurut dia, sepuluh santri lainnya masih dalam proses pelaksanaan, sementara pihaknya terus menunggu tambahan data dan restu keluarga korban. “Badal umrah ini merupakan penghormatan terakhir dari para alumni kepada almarhum santri, sekaligus bentuk kepedulian alumni yang tersebar di berbagai negara,” ungkap Maftuhin.
Proses badal umrah dilakukan dengan tertib dan sesuai syariat, dimulai dari penghimpunan data santri korban beserta restu tertulis orang tua, penunjukan alumni pelaksana badal umrah (meliputi ihram, tawaf, sa’i, hingga tahalul dengan niat khusus atas nama santri korban), hingga penyusunan dokumentasi dan piagam pelaksanaan.
Selain doa melalui badal umrah, para alumni juga menegaskan komitmen mereka untuk terus mendukung Ponpes Al Khoziny dalam memperkuat peran pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah membimbing ribuan santri. “Kegiatan ini bukan hanya doa untuk para korban, tetapi juga bentuk dukungan kami kepada pesantren agar tetap tegar, bangkit, dan terus melanjutkan perjuangan mendidik santri. Ukhuwah Islamiyah yang terjalin melalui pesantren akan selalu hidup, bahkan lintas negara,” tegas Maftuhin.
Dukungan Pemulasaran dan Pendampingan Psikososial
Sementara itu, proses pemulasaran jenazah para korban juga dilakukan dengan penuh penghormatan. Tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkara Polda Jatim menggandeng Satgas NU Peduli Al Khoziny, yang melibatkan unsur Lazisnu, LPBI, RMI, PWNU, PCNU Surabaya, PCNU Sidoarjo, KPAI Fatayat NU, serta UINSA dan Unusa, untuk memastikan seluruh proses sesuai dengan syariat Islam dan kebutuhan psikologis keluarga korban.
“Tim DVI RS Bhayangkara bekerja sama dengan NU Peduli Al Khoziny karena keluarga korban merasa lebih mantap jika pengurusan jenazah dilakukan oleh tim NU, mulai dari memandikan, mengkafani, memandu shalat jenazah, hingga mengantarkan ke rumah duka dan doa bersama keluarga,” jelas H. Afif Amrullah, ketua PW Lazisnu Jatim.
Pada Senin (6/10) siang, pelaksanaan salat jenazah di RS Bhayangkara Surabaya dihadiri langsung oleh KH R. Muhammad Ubaidillah Mujib (Kiai Mamat) dari Dewan Pengasuh Ponpes Al Khoziny. Di waktu yang sama, di Tanah Suci, Gus Ahmad Fatoni turut memimpin pelaksanaan badal umrah bagi santri-santri yang telah teridentifikasi.
Selain pemulasaran, Tim KPAI Fatayat NU dan dosen UINSA/Unusa juga melakukan pendampingan psikososial bagi keluarga korban sejak proses identifikasi di RS Bhayangkara hingga pemakaman di rumah duka.
“Banyak keluarga korban menunggu proses identifikasi di Posko Dinkes Jatim yang berdekatan dengan RS Bhayangkara. Meskipun PWNU Jatim juga telah menyiapkan posko di Aula PWNU, secara teknis lebih efisien di lokasi Dinkes karena lebih dekat,” tambah Afif.
Hingga Senin (6/10) pukul 07.00 WIB, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melaporkan total 159 orang terdampak dalam insiden tersebut. Rinciannya, 6 pasien masih dirawat, 97 sudah pulang, 1 korban pulang tanpa perawatan, 50 meninggal dunia, dan 5 bagian tubuh (body part) masih belum teridentifikasi. (*)