Emas Seharga Seblak di Pegadaian, Solusi Bagi Gen-Z Belajar Investasi yang Ramah di Kantong Pelajar

oleh -80 Dilihat
2ebf4090 f9d7 4319 9323 798a29198518
Galuh Ayu Aprilyani saat menunjukkan emas fisik dan digital hasil tabungannya. (Foto: Ikhwan)

KabarBaik.co – Menabung bukanlah perkara mudah di kalangan Gen-Z, generasi anak muda kekinian yang usianya baru menginjak 20-an tahun. Apalagi mereka yang berstatus mahasiswa, nabung seolah bikin sesak dan engap.

Kepikiran nabung ada, tapi realisasinya sulit terwujud. Selain karena memang banyaknya kebutuhan seperti makan minum, biaya internet, print berkas kuliah, check out belanjaan di aplikasi shopping, nongkrong juga masuk list wajib di generasi ini.

Makanya pengelolaan keuangan anak muda kekinian ini seringkali “lost control” dan berakhir boncos. Alih-alih nabung dan mikir investasi masa depan, uang bulanan kiriman orang tua saja seringkali kurang karena desakan gaya hidup.

Sebagian mereka selamat, sebagian lainnya jadi anak muda pesakitan ekonomi karena terjerumus dalam jeratan pinjaman online (pinjol).

Seperti yang diceritakan Galuh Ayu Apriliyani, mahasiswa semester akhir prodi Gizi Universitas Jember. Sejak awal masuk kuliah pada 2021, dia juga seperti Gen-Z pada umumnya yang hobi nongkrong.

Es kopi Americano adalah minuman favoritnya selepas pelajaran, terutama setelah menghadapi mata kuliah yang “super duper njlimet“.

“Karena kalau sudah minum kopi kepala jadi plong rasanya. Otak kayak jernih lagi,” seloroh Galuh sembari tertawa.

Sekali “ngopi”, setidaknya ia perlu merogoh uang sekitar Rp 15 ribu – Rp 20 ribu. Seminggu bisa 4-5 kali beli kopi es idamannya itu.

Galuh semula juga tipikal Gen-Z yang sulit nabung. Sudah mencoba tapi selalu gagal. Ketika baru sedikit terkumpul, tabungannya selalu terpakai untuk kebutuhan yang kadang datangnya dadakan.

Tapi semakin tua semester kuliahnya ia juga lambat laun belajar mengatur keuangan. Termasuk investasi. Sekitar Mei tahun 2024 lalu, ia mulai belajar menabung.

Meskipun sulit, ia mengerem budaya nongkrongnya dan menyisihkan uang kiriman orang tua untuk mulai berinvestasi emas karena harganya yang terus naik setiap tahunnya. Pertamakali ia beli emas perhiasan “emas ala-ala” se-gram.

“Pertama kali beli cincin,” kata perempuan asal Banyuwangi ini.

Namun setelah belajar kepada beberapa orang dan refrensi yang dia baca, emas dalam bentuk perhiasan kurang menguntungkan. Karena seringali ketika dijual harganya turun.

Lalu pada Februari 2025, oleh kakaknya ia dikenalkan dengan tabungan emas digital di Pegadaian. Dari situlah petualangannya dimulai.

“Saya percaya juga dengan aplikasinya, apalagi ini kan lembaga resmi negara,” ujar gadis kelahiran 2003 ini.

Segera ia mengunduh aplikasinya di Playstore dan mendaftar. Bagi dia proses pendaftarannya pun cepat, sederhana dan tidak ribet. Apalagi setelah dia tahu, kalau ongkos minimal nabungnya hanya Rp 10 ribu. Menurutnya, aplikasi investasi ini paling cocok di kalangan Gen-Z.

“Harga Rp 10 ribu udah dapat emas. Nabung emas serasa beli seblak,” terangnya sembari tertawa.

Sejak saat itu, Galuh mulai benar-benar jatuh hati nabung emas di platform ini. Ia menyisihkan uang jajannya, setelah terkumpul uang itu lalu ia tabung ke aplikasi pegadaian.

“Pertama kali nabung Rp 340 ribu, seingat saya dapat 0,24 gram. Saat itu harga emas kalau gak salah masih sekitar Rp 1,3 juta. Lumayanlah,” terangnya.

Galuh mulai konsisten nabung, meski tidak setiap bulan rutin setoran. Dia memiliki metode untuk menyisihkan uang hingga nominalnya lumayan, ketimbang langsung setoran tapi dengan nominal kecil. Rata-rata dia nabung Rp 100 – Rp 300 ribu dalam sekali setoran.

“Kalau menabung sedikit-sedikit ada minusnya. Contohnya nabung cuma Rp 10 ribu, kena cas admin Rp 2.500. Jadi yang ketabung hanya Rp 7.500. Belum lagi selisih harga beli dan harga jual emas fluktuatif. Jadi kalau sedikit ya rugi,” ujar Galuh yang setiap top up menggunakan M-Banking.

Hingga saat ini total ia sudah mampu mengumpulkan 2,4 gram emas. Rinciannya 2,2 gram emas fisik terdiri dari cincin seberat 1 gram, emas antam 1 gram dan 0,0208 gram emas digital.

“Yang emas digital baru bulan kemarin saya jual karena butuh uang untuk semester akhir. Tapi lumayan pas harganya naik jadi bisa buat tambah-tambah biaya untuk skripsian. Sementara saya juga jarang nabung karena banyak kebutuhan,” bebernya.

Aplikasi Pegadaian, kata Galuh, tidak pernah rewel. Justru kemudahan yang banyak ia rasakan.

“Tidak perlu repot, yang ada malah mempermudah transaksi. Misalnya saat ingin menjual, prosesnya jadi lebih mudah dan cepat karena uang langsung masuk ke rekening pribadi tanpa harus datang ke pegadaian,” tandasnya.

“Mungkin setelah selesai skripsi saya akan mulai rutin nabung lagi,” imbuhnya.

Perlu Inovasi dan Glorifikasi agar Gen-Z Tertarik Menabung

Dosen Ekonomi Universitas 17 Agustus Banyuwangi, Iqbal berpandangan bahwa platform-platform saat ini perlu berinovasi agar Gen-Z tertarik menabung. Terutama gerakan edukasi dan kampanye di media sosial.

Generasi ini membuat medi sosial seolah mazhab. Sosial media menjadi pengaruh dan penentu dalam keputusan yang akan diambil.

“Sehingga perlu diglorifikasi supaya semakin membudaya. Terus dibuat semacam target capaian, supaya challenging dan memotivasi. Dibuat reward, misal berhasil mencapai tabungan sekian, mereka dapat promo-promo apa begitu. Gen Z itu suka dengan yang demikian,” terangnya.

Iqbal menyebut Gen Z memiliki pandangan berbeda dalam mengartikan menabung. Bila dulu nabung diartikan sebagai upaya menambah saldo, bagi Gen Z berhemat dan berburu promo itu juga jadi bagian dari menabung. Istilahnya soft saving.

Makanya metode dan cara menabungnya juga berbeda. Secara literasi keuangan Gen Z sebenarnya sudah teredukasi. Mereka juga target oriented.

“Haus akan pencapaian dan target orientit inilah yang perlu dimanfaatkan untuk menarik minat Gen Z,” bebernya.

Berbicara menabung emas di Pegadaian, kata Iqbal, sebenarnya cocok saja bagi generasi ini. Hanya saja menabung model ini masih kurang dipahami secara paripurna oleh Gen-Z. Hal yang perlu dilakukan tentu adalah edukasi masif bila memang Pegadaian ingin #mengEMASkanindonesia.

“Kembali lagi strateginya adalah kampanyenya dikencangkan. Sehingga mereka ter-influence, supaya makin banyak Gen Z yang minat menyisihkan uangnya untuk berinvestasi,” tegasnya.

Sebenarnya menabung emas di Pegadaian amat mudah. Panduannya diterangkan pada Sahabat.pegadaian.co.id. Aplikasi ini hadir memudahkan siapapun untuk berinvestasi emas dengan aman dan terjangkau.

Betapa tidak, hanya dengan Rp 10 ribu masyarakat sudah bisa menabung emas. Dengan harga semurah itu memungkinkan tidak hanya orang dewasa saja yang menabung, namun pelajar juga memiliki kesempatan yang sama.

Caranya pun praktis, aman dan bisa dicairkan kapan saja. Keamanan emas juga terjamin. Emasnya pun dijamin asli 24 karat. Emas bisa disimpan atau dicetak fisik bila memang diperlukan.

Upaya Pegadaian mengEMASkan Indonesia juga diwujudkan dengan perluasan outlet. Bekerjasama dengan Galeri 24, Pegadaian saat ini telah 83 jaringan outlet tersebar di seluruh Indonesia. Perluasan ini bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat dalam mendapatkan logam mulia tersebut.

Selain itu, Pegadaian juga terus mengkampanyekan bahwa emas bukan hanya sebagai simbol “glamour” semata, lebih dari itu emas juga berguna menjadi sarana menjaga nilai dan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang bagi masyarakat.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Ikhwan
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.