KabarBaik.co- Apakah Anda merasakan suhu terasa lebih dingin dari biasanya di kala pagi? Ya, saat ini tengah berlangsung fenomena suhu dingin ekstrem. Biasanya dikenal dengan istilah bediding. Fenomena ini diperkirakan akan berlangsung hingga September 2025 di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Terutama di dataran lebih tinggi seperti Malang Raya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, kondisi ini merupakan karakteristik khas musim kemarau yang diperkuat oleh dominasi angin timuran dari Australia.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Linda Firotul, menjelaskan bahwa angin timuran membawa massa udara kering dan dingin yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari, apalagi jika langit dalam kondisi cerah. Akibatnya, suhu permukaan turun drastis pada malam hingga dini hari.
Selama periode puncaknya pada Agustus mendatang, suhu minimum di kawasan Malang Raya diperkirakan bisa menyentuh angka 13 hingga 15 derajat Celsius. Ini lebih rendah dibandingkan suhu minimum pada Juli yang berada di kisaran 17 sampai 20 derajat Celsius, sementara suhu maksimum siang hari berada pada rentang 26 hingga 28 derajat Celsius.
Suhu rata-rata berdasarkan data klimatologis 30 tahun terakhir (1991–2020) berada di kisaran 17 hingga 20 derajat Celsius untuk malam hari.
Kondisi ekstrem ini juga memunculkan potensi terbentuknya embun beku atau embun upas di wilayah dataran tinggi seperti Ranupane di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Embun beku terjadi apabila suhu permukaan turun drastis hingga titik beku, dengan kombinasi langit cerah, kelembapan tinggi, dan tidak adanya angin yang berembus.
Menariknya, musim kemarau tahun ini berlangsung lebih basah dari biasanya. Meskipun awal kemarau diperkirakan mulai berlangsung antara April hingga Juni 2025, beberapa wilayah di Jawa Timur, masih mengalami hujan akibat gangguan atmosfer global seperti gelombang Rossby, Kelvin, dan fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO). Gangguan ini menyebabkan pergeseran pola musim dan curah hujan di sejumlah daerah, sehingga suhu terasa lebih dingin daripada biasanya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak kesehatan dari suhu dingin ekstrem ini, terutama pada malam dan dini hari. Warga dianjurkan mengenakan pakaian hangat, menjaga kelembapan tubuh, dan memantau perkembangan cuaca secara berkala melalui kanal resmi BMKG. Selain itu, para petani di kawasan dataran tinggi juga perlu mewaspadai risiko gagal panen akibat embun upas yang bisa merusak tanaman pada malam hari.
Fenomena bediding merupakan gejala alam rutin yang terjadi setiap musim kemarau, namun intensitasnya bisa meningkat tergantung kondisi atmosfer dan sirkulasi angin global. BMKG memperkirakan suhu akan mulai menghangat perlahan setelah September seiring dengan peralihan menuju musim hujan. (*)