Emvitrust Penjaga Napas Kelestarian Alam Banyuwangi

oleh -451 Dilihat
IMG 20241128 WA0040
Emvitrust saat melakukan kegiatan Edutrip

KabarBaik.co – Banyuwangi sejak satu dekade terakhir menjadi salah satu daerah yang menjadi tujuan pelesir wisatawan. Memiliki luas wilayah 5.782,50 km2, kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini memang menawarkan banyak tujuan pariwisata unggulan. Khususnya wisata berbasis alam.

Sebut saja Taman Wisata Alam (TWA) Ijen, Pantai Pulau Merah, Alas Purwo, Pantai Marina Boom, Grand Watu Dodol, Pantai Plengkung, Teluk Ijo serta segudang wisata alam lainnya.

Selain wisata alam, Pemkab Banyuwangi juga terbilang kreatif dalam menyedot minat wisatawan. Salah satunya lewat serangkaian agenda festival yang telah digagas sejak 2013 silam yang masih lestari hingga kini.

Tahun ini 2024 misalnya, Banyuwangi memiliki 79 agenda B-Fest kelas nasional maupun internasional. Sebagian telah diselanggarakan dan sebagian masih akan berproses.

Segudang potensi yang dimiliki Banyuwangi itu terbukti mampu menyedot animo wisatawan. Tidak hanya lokal tapi juga internasional. Bahkan menandai kebangkitan wisata pasca pandemi Covid-19 yang melanda.

Melansir data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, jumlah kunjungan wisatawan domestik di Banyuwangi pada tahun 2022 mencapai 2.948.543 orang. Setahun setelahnya atau tahun 2023 naik menjadi 3.112.443.

Begitu pun dengan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang meningkat dari 29.020 orang pada 2022 menjadi 69.639 pada 2023.

Namun tanpa disadari melejitnya kunjungan wisata di Banyuwangi daerah yang berjuluk Bumi Blambangan ini memiliki ancaman bagi kelestarian pariwisata itu sendiri. Ancaman itu adalah sampah.

Berjuta-berjuta wisatawan yang tiap tahun datang ke Banyuwangi tidak hanya membawa segepok uang yang berdampak baik bagi pendapatan daerah. Wisatawan juga bisa menjadi momok penebar sampah yang dimungkinkan dapat mencemari wisata Banyuwangi. Lebih-lebih daerah ini memiliki produk jualan wisata alam yang daya tarik kelesetarianya wajib dijaga.

Menyadari akan pentingnya menjaga kelestarian alam Bumi Blambangan, 7 pemuda-pemudi di Banyuwangi membentuk sebuah gerakan dalam melakukan manajemen pengelolaan sampah berkelanjutan. Kelompok ini bernama Emvitrust.

Digagas oleh 7 orang dan kini berkembang menjangkau puluhan komunitas untuk dijadikan garda terdepan dalam menjaga kelestarian alam Banyuwangi.

Direktur Eksekutif Emvitrust, Siti Muyasaroh mengatakan, embrio Emvitrust lahir dari program Eco Ranger dari yayasan Greeneration Foundation pada tahun 2018 silam. Program ini bertujuan untuk menciptakan pariwisata berkelanjutan.

“Pertamakali program ini diterapkan di Pantai Pulau Merah, berkembang ke Pantai Pancer, Pantai Wedi Ireng dengan melibatkan masyarakat lokal,” kata Siti Muyasaroh.

Siti menjelaskan, karena berbasis program, aktivitas Eco Ranger pun berbatas waktu. Padahal selama program ini dijalankan banyak sekali manfaat yang ditinggalkan, baik secara ide, sistem maupun aset pengelolan sampah berkelanjutan. Salah satunya adalah Sektor Kelola Sampah (SEKOLA) yang menjadi terminal pemilahan sampah. Menurut data EcoRanger, sekitar 4.000 kilogram sampah dihasilkan dari kegiatan pariwisata setiap bulannya.

IMG 20241128 WA0041
Proses pemilihan sampah di Sentra Kelola Sampah (SEKOLA) yang dijalankan Emvitrust

“Para pemuda yang terlibat program ini menilai program ini telah matang dan memiliki banyak manfaat sehingga layak dilanjutkan. Akhirnya pada tahun 2022 dibentuklah Emvitrust,” terang Siti.

Secara ide, Emvitrust dan Eco Ranger memiliki perbedaan. Eco ranger berfokus pada objek kawasan wisata, sementara Emvitrust berfokus pada kaderisasi pemberdayaan dan pembentukan komunitas sadar lingkungan agar semakin luas daerah yang dijangkau.

“Sehingga harapannya semakin luas cakupannya tidak hanya objek pariwisata tapi juga merambah ke sektor pertanian dan permukiman,” jelasnya.

Hingga kini Emvitrust telah menjangkau lebih dari 30 komunitas sadar lingkungan yang tersebar di seluruh Banyuwangi. Mereka diajari sistem manajerial tata kelola sampah, difasilitasi peningkatan skill hingga dibantu sarana prasarananya.

Selain komunitas, Emvitrust juga menggandeng 170 KK penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di 2 Kecamatan Srono dan Glenmore untuk menjadi mitra bank sampah.

Tidak hanya secara human resource, secara manajemen Emvitrust juga terbilang cukup settle. Organisasi ini mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dari sampah untuk penyangga operasional.

Seperti lewat retribusi bulanan dari layanan jemput sampah di beberapa desa yang sudah mendapat fasilitas dari Emvitrust. Produk kompos, magot, kasgot, bio slury, roster dari sampah plastik serta produk turunan lainnya yang dikelola di SEKOLA dengan mempekerjakan kurang lebih 8 orang.

Produksi kompos misalnya, pengelolaan sampah di SEKOLA menghasilkan kurang lebih 400 – 500 kg. Kompos dijual kemasan 20 kg dengan harga Rp 15 ribu. Kemudian maggot BSF, per bulannya tempat tersebut mampu memproduksi 160 kg maggot. Maggot basah dijual Rp 2 ribu perkilogram. Selanjutnya Kasgot, produksinya sekitar 500 kg per bulan. Harganya Rp 22.500 per karung ukuran 20 kg.

Begitupun bio slurry, hasil sampingan dari proses fermentasi kotoran hewan dan air secara anaerob di dalam bak instalasi biogas. Di tempat itu, rata-rata mampu menghasilkan 150 liter bio slurry. Bahan ini dijual Rp 15 ribu per ukuran jerigen 5 liter.

Siti menjelaskan ada pula roster dari sampah plastik multilayer yang tidak dapat di daur ulang. Roster dijual lewat skema pre order. Pembelian minimal 50 pcs, dengan harga per 1 pcs, Rp 12 ribu.

IMG 20241128 WA0043
Roster sampah salah satu produk yang dibuat oleh Emvitrust

“Jadi memang berbicara tentang sampah, core yang dikembangkan adalah teknis operasional. Makanya kita mengembangkan ide-ide mulai dari proses pengolahan sampah supaya opersional dapat ditopang dengan baik,” tegasnya.

Mendatang dia berencana mengembangkan  program wisata edukasi alias education trip (edu trip). Sebuah konsep wisata yang tidak hanya mengajak wisatawan menikmati destinasi, tetapi juga diajak berkontribusi menjaga lingkungan yang didatangi serta memiliki pengetahuan seputar kondisi geografis alam yang dikunjungi.

“Edutrip ini sifatnya seperti open trip, dalam pelaksanaannya, kami menghadirkan guide atau ahli geologi untuk mengenalkan kondisi alam di Banyuwangi. Tak hanya itu, wisatawan juga berkontribusi menjaga eksistensi alam agar terus lestari dan terjaga,” terangnya.

Salah satu program yang sempat dijalankan adalah Fishing for Litter (FFL) dimana turis bahkan juga nelayan, mengarungi laut sambil mengumpulkan sampah yang ada di laut dan pantai. “Kami berharap program edu trip dapat dijalankan secara berkelanjutan,” harapnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi Dwi Handajani menyebut kehadiran Emvitrust membantu kinerja pemerintah daerah dalam penanganan sampah di Banyuwangi.

Bagi dia itu menjadi bukti bagaimana keterlibatan dan kepedulian masyarakat Banyuwangi dalam mengelola sampah berkelanjutan. Kolaborasi inilah yang kemudian dihadiahi catatan manis. Pada tahun 2024, Banyuwangi mendapat Anugerah Adipura.

“Dasar penilaian Adipura tahun ini salah satunya adalah pengurangan sampah secara determinan (less TPA). Berbagai upaya sinergis yang dilakukan pemkab, warga dan berbagai pihak lainnya, di tahun 2023 Kabupaten Banyuwangi berhasil melakukan pengurangan sampah sebesar 92,260.89 ton/tahun atau sekitar 30.22%; dan penanganan sampahnya sebanyak 82,891.65 ton/tahun atau sekitar 27.15%,” kata perempuan yang karib disapa Yani.

Pemkab Banyuwangi kini juga serius dalam melakukan penananganan sampah lewat skema pengelolaan berkelanjutan melalui TPS3R (Reduse, Reuse, Recycle). Terbukti tahun ini, Pemkab menambah jumlah TPS3R dari yang hanya 19 tempat menjadi 26 TPS3R yang tersebar hampir merata di 25 kecamatan.

Untuk semakin meningkatkan kualitas pengelolaan sampah, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Desa Karetan Kecamatan Purwoharjo seluas 4,9 Ha pada bulan November 2024. TPST dan TPA Wongsorejo seluas 15 Ha juga akan dibangun pada tahun 2025. Kedua fasilitas ini diharapkan dapat mengelola sampah dengan lebih efisien dan ramah lingkungan.

“Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menargetkan untuk mengurangi sampah plastik sebesar 30% dan menangani sampah rumah tangga sebesar 70% pada akhir tahun 2025. Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, kami optimis target tersebut bisa tercapai,” tegasnya.

Yani menegaskan bahwa penanganan sampah merupakan tanggungjawab bersama, Pemerintah, masyarakat dan berbagai stakeholder perlu bekerjasama supaya mendapatkan hasil yang efektif. Oleh karenanya dia mengajak seluruh masyarakat Banyuwangi untuk ikut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

“Mari kita bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dengan memilah sampah dari sumbernya, memanfaatkan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan dan tidak membuang sampah sembarangan,” ajaknya.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Ikhwan
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.